Liputan6.com, Los Angeles - Sejarah kerap kali dibumbui cerita dan anekdot bagaimana sebuah detail penting mampu mengubah dunia. Kebanyakan cerita itu meragukan atau memiliki keanehan.
Kendati demikian, setelah ditelusuri lebih lanjut, bumbu cerita itu bisa jadi mengandung kebenaran. Hal itu bisa dibuktikan dengan sejumlah tes di kemudian hari.
Baca Juga
Jikalau pembuktian tes tidak bisa dilakukan, ciri-ciri bumbu cerita sejarah itu bisa dikaitkan dengan perkembangan ilmu yang lebih modern lagi. Hal itu ditemukan dalam momen perubahan dunia yang ternyata dipicu oleh penyakit yang diderita pelaku pembuat sejarah itu.
Advertisement
Siapa dan bagaimana momen sejarah dunia itu dipicu oleh kondisi kesehatan. Berikut adalah 5 sejarah dunia yang disinyalir terkait dengan riwayat penyakit si pelaku sejarah seperti Liputan6.com lansir dari Listverse pada Minggu (14/8/2016).
1. 'Bisikan Halus' Joan of Arc
Joan of Arc, pahlawan wanita yang terkenal dengan perlawanannya melawan tentara Inggris. Perang itu terkenal dengan Hundred Years War.
Di balik keberaniannya, ternyata Joan mengklaim ada suara halus di telinganya yang membuat ia berani melakukan perlawanan. Namun, oleh para periset modern, bisikan itu kemungkinan terjadi karena epilepsi.
Joan kemungkinan menderita epilepsi tipe idopahatic partial epilepsy (IPEAF). Ia mengklaim kerap mendengar suara malaikat St Catherine dan St Margaret dan itu adalah gejala lazim dari IPEAF.
Sayangnya, dugaan itu tak bisa dibuktikan karena tak ada sampel DNA dari Joan.
2. Perang Antar Klan dan Hormon 'Pemarah'
Dalam cerita rakyat Amerika Serikat, perang antar keluarga Hatfield dan McCoy sangat terkenal. Kekerasan antara 2 klan itu ternyata disebabkan oleh penyakit Von Hippel-Lindau.
Penyakit Von Hippel-Lindau adalah kondisi langka yang bisa membuat tumor di kelenjar adrenal. Karena ada penekanan di kelenjar itu, mereka yang menderita penyakit itu memiliki gejala seperti tekanan darah tinggi, sakit kepala yang parah serta produksi yang tiggi hormon pemicu kemarahan. Seluruhnya membuat penderita menjadi agresi dan pemarah.
Hormon dan penyakit itu rupanya ditemukan di generasi keluarga McCoy.
Tumor Pemicu Penembakan Massal
3. Krisis Terusan Suez
Setelah Winston Churchill mundur dari Perdana Menteri Inggris tahun 1955, krisis terjadi di Mesir tatkala Abdul Nassar ingin menguasai terusan Suez.
Terusan Seuz itu merupakan jalur penting penyaluran minyak ke Eropa. Pengganti Churchill, Anthony Eden, pun terpaksa turun tangan mengatasi masalah ini. Namun, kesehatannya yang makin menurun membuat masalah itu berlarut-larut.
Kesehatan yang memburuk Eden, dimulai dari 1953. Eden melakukan pembedahan kantung empedu. Namun ada komplikasi saat pisau operasi membedah organnya itu.
Hal itu membuat Eden mengalami kesakitan parah yang membuatnya bergantung pada obat-obatan pereda sakit.
Perilaku Eden menjadi sangat tidak menentu selama menangani krisis Suez, dan ia membuat serangkaian keputusan buruk yang pada akhirnya menyebabkan penurunan Inggris sebagai kekuatan dunia. Dia akhirnya dipaksa mengundurkan diri karena malu pada 1957.
4. Penembakan Massal dan Tumor Otak
Pada 1 Agustus 1966, eks marinir Charles Whitman naik ke puncak menara jam di University of Texas kampus di Austin. Dia melontarkan peluru dari atas menewaskan 13 orang dan melukai 32 lainnya. Selain itu, ia membunuh ibunya dan istrinya. Apa yang menyebabkan Whitman melakukan tindakan destruktif seperti tidak masuk akal?
Selama autopsi pada otaknya, penjelasan yang mungkin ditemukan.
Sebuah jenis tumor disebut glioblastoma ukuran nikel ditemukan tumbuh di thalamus-nya (otak besar), menekan hipotalamus dan amigdala.
Amigdala bertanggung jawab untuk mengatur emosi, dan tumor itu tidak diragukan lagi memainkan peran dalam penurunan mental Whitman.
Sementara tindakannya benar-benar tercela, temuan ini ternyata terobosan baru bagaimana faktor-faktor biologis dapat memainkan peran dalam tindakan kriminal.
5. Revolusi Prancis dan Penyakit Jamur
Pada 1789, sebuah isu mulai menyebar di seluruh Perancis yang mengatakan ada gerombolan perampok bersembunyi di hutan, yang menyebabkan banyak petani untuk mengangkat senjata. Insiden itu dikenal sebagai The Great Fear dan menjadi sebagai salah satu pemicu untuk Revolusi Perancis.
Namun, alasan terjadinya The Great Fear saat itu masih samar-samar.
Pada 1980-an, Mary Kilbourne Matossian dari University of Maryland memprediksi bahwa panen yang yang buruk bisa menjadi penyebab paranoia. Sebelumnya, pada 1974, seorang sejarawan mengumumkan bahwa rye tumbuh sepanjang akhir 1700-an itu menderita ergot.
Ergot adalah jamur yang tumbuh pada gandum, diketahui menyebabkan gejala seperti paranoia dan halusinasi dan berisi bahan kimia yang digunakan LSD.
Sekitar seperduabelas dari semua tanaman gandum terkena penyakit itu. Hal tersebut karena karena musim dingin dan mata air basah. Jadi, keracunan ergot yang begitu luas bisa jadi salah satu alasan Revolusi Prancis dimulai.
Advertisement