Di Tengah Kontroversi, Donald Trump Ungkap Trik Perangi ISIS

Kali ini calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik ini justru terlihat berbeda. Ia menyatakan akan memerangi ISIS.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 16 Agu 2016, 05:37 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2016, 05:37 WIB
Donald Trump. (Reuters)
Donald Trump. (Reuters)

Liputan6.com, New York - Tak seperti biasanya yang kerap mengumbar sensasi dalam tiap penampilannya, kali ini calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik ini justru terlihat berbeda. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Donald Trump menyebut rencana untuk memerangi kelompok Islam radikal, yang selama ini membahayakan.

Trump pada hari Senin 15 Agustus waktu setempat menyampaikan strateginya untuk mengalahkan terorisme Islam radikal, dan menggambarkan hal itu sebagai perjuangan ideologi setara dengan Perang Dingin.

"Di Ohio, taipan properti itu menyampaikan gambaran proposal untuk memerangi ISIS dan mencegah serangan teroris di AS. Termasuk melarang individu dari negara-negara dengan jejak kaki teroris berat, di mana pemerintah AS tidak bisa memadai pemohon visa sembarangan dan meningkatkan kerja sama dengan bersedia bersekutu terhadap Timur Tengah," ungkap seorang pejabat senior kampanye Trump seperti dikutip dari CNN, Selasa (16/8/2016). 

Dalam sambutannya, Trump juga menyebut bahwa hanya dirinya yang dapat dipercaya di Gedung Putih untuk memerangi teroris Islam. Menggambarkan peperangan itu seperti Perang Dingin.

Pejabat kampanye Trump berpendapat bahwa AS bekerjasama lebih lanjut dengan bantuan dari sekutu Timur Tengah, dalam memerangi ISIS.

Sebelumnya, Trump mengeluarkan pernyataan untuk melarang Muslim di AS dan menuai kontroversi. Namun ucapannya kali ini membuat terkesima.

Pejabat Kampanye senior Trump menjelaskan, proposal saat ini termasuk terkait pemotongan visa untuk individu dari negara di mana kita tidak dapat melakukan pengecekan terhadap kegiatan teroris.

Pejabat Kampanye Trump pun meminta Departemen Luar Negeri untuk merilis daftar orang-orang yang telah memperoleh visa ke AS sejak tahun 2001, dan didakwa, terlibat atau dituduh terorisme. Hal itu demi menentukan negara mana yang harus dilarang mendapat visa.

Trump juga menyerukan peningkatan pemeriksaan individu yang hendak memasuki Amerika Serikat dengan mengembangkan "test" khusus, yang akan mempertanyakan pemohon visa pada dukungan mereka atas dasar negara AS dan menyingkirkan setiap pendukung ideologi ekstremis.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya