Selain 'Bantai' Pelaku Narkoba, Presiden Duterte Incar Abu Sayyaf

Setelah para pengedar, Presiden Duterte punya target baru: jaringan teroris Abu Sayyaf, yang biasa disebut sebagai 'adik ISIS'.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 26 Agu 2016, 22:08 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2016, 22:08 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan tentaranya untuk menghancurkan Abu Sayyaf
Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerintahkan tentaranya untuk menghancurkan Abu Sayyaf (Reuters)

Liputan6.com, Davao - Presiden Filipina Rodrigo Duterte punya julukan 'The Punisher' -- Sang Penghukum. Baru menjabat dalam hitungan minggu, pria 71 tahun tersebut, segera melaksanakan janjinya untuk menindak jaringan kriminal besar di negaranya.

Yang pertama, Duterte mengincar para pengedar narkoba.

Perang melawan narkoba yang ia lancarkan telah menewaskan 2.000 orang -- bandar, pengedar, dan pengguna narkoba. Di antara mereka yang kehilangan nyawa ada juga orang-orang tak bersalah, bahkan anak-anak.

Perang narkoba Filipina renggut hampir 2.000 nyawa (Reuters)


Kini, Duterte punya target baru: jaringan teroris Abu Sayyaf, yang biasa disebut sebagai 'adik ISIS'.

Abu Sayyaf didirikan pada 1990-an dan baru-baru ini menyatakan kesetiaannya pada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi. Kelompok itu mengumpulkan uang dari penculikan dan uang tebusan para sandera.

Baru-baru ini, Abu Sayyaf menggegerkan dunia dengan aksi sadis mereka memenggal kepala seorang remaja berusia 18 tahun di  Indanan, Provinsi Sulu pada Selasa 23 Agustus 2016 -- gara-gara mereka tak mendapatkan tebusan dari keluarga korban.

Korban, Patrick Almodovar diculik pada 16 Juli 2016 di luar rumah orangtuanya. Pemerintah telah berupaya melakukan negosiasi, namun sia-sia.

Mendengar berita tersebut, Duterte murka. Dalam konferensi pers di Davao, ia menyampaikan perintah tegas. Untuk balas dendam.

"Aku telah mengirim tentara, dan memerintahkan untuk menghancurkan mereka," kata Duterte, seperti dikutip dari News.com.au, Jumat (26/8/2016).

"Perintahku kepada polisi dan angkatan bersenjata terhadap semua musuh negara, obrak-abrik sarang mereka, apapun caranya, hancurkan mereka."

Duterte bahkan meminta aparatnya untuk mengenyampingkan hak asasi manusia. "Jadi dibunuh atau apapun, jangan tanya soal hak asasi manusia." 

Perang bahkan telah dikobarkan Duterte jauh sebelum ia terpilih sebagai orang nomor satu di Filipina. Dan pria yang akrab dipanggil Digong itu segera melaksanakan janjinya itu.

Ia berjanji akan membentuk yang akan melakukan 'tembak mati' para kriminal dan membuat hidup para bandit bak 'neraka'. Duterte jugha berkoar bahwa ikan-ikan yang ada di Manila Bay niscaya bakal gendut setelah diberi umpan jasad 100 ribu penjahat.

Human Rights Watch dan Amnesty International sebelumnya menyuarakan keprihatinan atas pendekatan presiden Filipina.

11 Militan Abu Sayyaf Tewas

Abu Sayyaf adalah kelompok separatis yang berbasis di Filipina.


Menyusul perintah Duterte, aparat Filipina segera bergerak menyerang Abu Sayyaf. Akibatnya 11 militan tewas, termasuk seorang komandan berpengaruh, Amah Maas pada Jumat 26 Juli 2016.

Komandan militer regional, Mayor Filemon Tan mengatakan, di lain pihak 17 tentara terluka saat melawan kelompok teroris itu.

"Perintah presiden adalah untuk mencari dan menghancurkan Abu Sayyaf, jadi itu yang kami lakukan," kata Mayor Tan, seperti dikutip dari New York Times.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya