Di-bully Aneh dan Gila, Ternyata IQ Bocah Ini Kalahkan Einstein

Maddison Bowden (12) memiliki pola pikir dan gaya bicara yang berbeda dengan anak seusianya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Agu 2016, 17:19 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2016, 17:19 WIB
Maddison Bowden dan sang ibu, Luisa Di Marco
Maddison Bowden dan sang ibu, Luisa Di Marco (East News)

Liputan6.com, London - Seorang bocah laki-laki di Essex, Inggris, Maddison Bowden (12), dianggap aneh dan gila oleh teman-teman sekolahnya. Namun faktanya, tes IQ mensa menunjukkan Bowden lebih cerdas dibanding Albert Einsten.

Seperti dikutip dari Express, Rabu (31/8/2016) Bowden di-bully oleh teman-teman sekolahnya karena pola pikir dan caranya bicara tak seperti anak-anak seusianya. Sejumlah anak bahkan menilai Bowden kerap pamer ketika ia mampu menghitung lebih cepat dibanding yang lainnya.

Perlakuan tak pantas yang diterima Bowden begitu melukai hatinya. Bocah itu bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri.

Namun anak laki-laki itu sangat terhibur ketika mengetahui ia mendapat nilai ujian eleven-plus --ujian masuk ke sekolah menengah pertama--yang sangat memuaskan. Pencinta olahraga catur itu pun semakin percaya diri setelah ia meraih nilai sempurna dalam tes IQ mensa.

Bowden dilaporkan mendapat skor 162 atas 150 pertanyaan yang harus diselesaikannya. Ini merupakan nilai tertinggi bagi anak usia di bawah 18 tahun.

Dengan perolehan tersebut, Bowden menempatkan dirinya di atas Profesor Stephen Hawking dan Albert Einstein. Baik Hawking yang dikenal sebagai penemu teori lubang hitam atau pun Enstein yang merupakan penemu teori relativitas diketahui memiliki IQ 160.

Ibu bocah itu, Luisa Di Marco (41), mengungkapkan betapa ia telah berjuang sekuat tenaga setelah mendengar bahwa sang anak ingin mati karena tak sanggup lagi menghadapi bully-an dari teman-temannya.

"Mads tak cocok di sekolah, ia mengatakan hal yang banyak dibicarakan orang dewasa. Ia membahas isu-isu yang jadi pemberitaan. Sementara murid lain tidak seperti itu, mereka hanya bicara tentang apa yang sedang tren," ujar Luisa.

"Anak itu merasa sulit menyesuaikan diri karena ia memiliki pola pikir yang beda dengan teman-temannya. Dia juga memiliki penyakit asma akut sehingga tidak bisa ikut olahraga, ini membuatnya merasa semakin terasing. Dan tiba-tiba saja dia pulang dan mengatakan, "Saya tidak ingin hidup lagi, Ibu." Itu merupakan hal paling menyedihkan yang pernah dikatakannya," ucap perempuan itu.

Luisa mengaku sangat senang ketika Bowden memutuskan untuk mencoba tes IQ mensa. "Sangat senang dengan hasilnya. Sejak kecil, Bowden anak yang sangat cerdas bahkan ia berbicara bahasa Prancis di usia empat tahun," tutur Luisa.

Kepada teman-teman yang mengganggunya, Bowden berharap mereka dapat menyaksikan kesuksesannya.

"Ketika orang-orang mem-bully saya, mereka mengatakan saya tidak cerdas. Ketika saya mendapat hasil tes saya sangat senang. Itu membuat saya merasa lebih santai dan percaya diri. Saya tidak merasa seperti seorang jenius, lebih kepada anak laki-laki normal yang bahagia," ucap Bowden.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya