Kisah 'Horor' 9/11 dan Manuver Paling Berbahaya Air Force One

Pagi hari ketika horor serangan teror 11 September 2001 atau 9/11 terjadi, Presiden Bush tak sedang berada di Gedung Putih.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 05 Sep 2016, 19:52 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2016, 19:52 WIB
Terkuak, Momen Menegangkan di Air Force One Saat Kabar 9/11 Tiba
Terkuak, Momen Menegangkan di Air Force One Saat Kabar 9/11 Tiba (White House/Herald Tribun)

Liputan6.com, Jakarta Pagi hari ketika horor serangan teror 11 September 2001, Presiden George W Bush tak ada di Gedung Putih.  Ia sedang menggelar kunjungan di Sarasota, Florida, terkait kebijakannya tentang pendidikan.

Beberapa saat setelah pesawat American Airlines Flight 11 menabrak menara utara Gedung World Trade Center (WTC) di New York pada pukul 08.46, kejadian aneh terjadi di Bandara Internasional Sarasota-Bradento, di mana pesawat yang membawa George W Bush, Air Force One mendarat.

Kisah yang terjadi 15 tahun lalu tak pernah diketahui hingga dituturkan Kolonel Mark Tilman, pensiunan pilot Air Force One dari tahun 2001 hingga 2009, demikian seperti dikutip dari Herald Tribune, Senin (5/9/2016)

Ia menceritakan, pagi itu berlangsung rutin seperti biasa. Tilman masuk ke pesawat pukul 08.15 dari pangkalan udara AS di Teluk Meksiko, untuk memulai persiapan membawa presiden kembali ke Washington DC yang diagendakan pada pukul 10.45.

Ketika mendengar kabar bahwa ada pesawat yang menabrak World Trade Center di New York, tak ada yang berpikir itu adalah serangan teroris. Mungkin akibat kesalahan pada pilot, itu yang mereka pikirkan.

Ledakan WTC di Amerika Serikat pada Selasa, 11 September 2001. Dikenal juga sebagai tragedi 9/11. (Reuters)

 

Hingga akhirnya, setelah serangan kedua, dering telepon memenuhi pesawat kepresidenan. Ada 82 sambungan telepon di dalam Air Force One. Pesawat telepon yang berwarna putih adalah saluran normal, yang berwarna krem adalah saluran khusus, dan sisanya -- 42 saluran terhubung dengan agen seperti FBI dan CIA.

"Tak ada satupun nada dering setelah pesawat pertama menabrak menara itu, namun saat pesawat kedua menabrak pada pukul 09.03, suara telepon langsung bersahut-sahutan," tutur Tilman.

Bush kala itu masih berada di Booker Elementary School, Presiden ke-43 AS itu duduk di ruang kelas, menyaksikan pelajaran membaca yang diberikan guru bernama Sandra Kay Daniels.

Terungkap, 16 Ekspresi George Bush Saat Kejadian 9/11 (Eric Draper/CNN)

Ia juga sempat membacakan buku 'The Pet Goat' untuk anak-anak -- meski salah satu pengawalnya telah menyampaikan kabar buruk, "Satu lagi pesawat ditabrakkan ke menara kedua (WTC). Amerika sedang diserang."

Foto ikonik 9/11, saat Bush ada di sebuah sekolah (Reuters)

Kembali ke Air Force One, Tillmnan mendapat arahan dari Kantor Militer Gedung Putih bahwa pesawat resmi presiden di Sarasota menjadi target teroris.

"Mendengar berita itu, saya ingin segera lepas landas secepatnya, menjemput presiden. Namun, ia meminta saya untuk tetap sesuai rencana, Bush bersikeras ingin ke bandara berjalan setenang mungkin," kenang Tillman.

Momen Menegangkan

Ada banyak informasi berseliweran. Tillman sempat mendengar ada 9 pesawat telah dibajak, dan salah satunya berada di Florida. Ada juga laporan orang-orang tak dikenal berkeliaran di bandara.

Pentagon -- yang sebelumnya menjadi target serangan-- menyiapkan pesawat cadangan untuk menjemput Bush.

Tillman juga meminta apakah Air Force One bisa 'dipindahkan' ke pesawat cadangan.

Sebutan Air Force One sejatinya berlaku untuk pesawat apapun, asalkan ada presiden AS di dalamnya.

Pasukan pengawal presiden Secret Service langsung memerintahkan kantor sheriff Sarasota menerbangkan helikopter memantau bandara. Anjing pelacak pun dikerahkan.

Saat itu, Bush telah sampai di bandara tatkala mendapat kabar Pentagon diserang. Sementara, Tillman telah bersiap di landas pacu, menanti presiden yang berjalan menuju pesawat -- tak terburu-buru, namun roman mukanya serius. 

Terungkap, 16 Ekspresi George Bush Saat Kejadian 9/11 (Eric Draper/CNN)

 

Setelah mesin pesawat menyala, dan semua orang sudah berada di dalam burung besi itu, Air Force One bersiap di runway. Saat lepas landas, kapal itu terbang dengan manuver paling mengerikan dan berbahaya dalam sejarah negara AS.

Boeing 747 itu terbang lurus, seperti roket dengan kecepatan 8.000 kaki per menit atau 146 kilometer per jam ke arah Teluk Meksiko. 

Manuver itu dilakukan demi pertimbangan keselamatan. Ada seorang pria mencurigakan di ujung landasan.

"Hanya satu masalah yang hendak kami hindari. Pria di ujung runway yang tampak membawa seperti senjata," kata Tillman.

"Saya tidak mau ambil risiko terbang di atasnya. Jadi, saya bermanuver menukik dan berbelok tajam..."

Lantas, siapakah pria misterius itu?

Ternyata, ia adalah seorang ayah yang membawa anak-anak mereka ke bandara untuk melihat sang presiden.

Benda di tangannya adalah: kamera video...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya