Pengakuan 15 'Sosok Asing' dalam Tubuh Seorang Perempuan

Hass pertama kali menyadari memiliki kepribadian ganda pada saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 11 Sep 2016, 20:57 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2016, 20:57 WIB
Pengakuan 15 'Sosok Asing' dalam Tubuh Seorang Perempuan
Ilustrasi kepribadian ganda (wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Gloria Hass tidak akan pernah merasa kesepian setiap kali dia sendiri. Akan selalu ada yang 'menemaninya'.

Bagi Hass dia akan menjadi orang yang 'berbeda' setiap kali dia bangun di pagi hari. Ada Camille, Dee Dee, Dina, Julie, Lori, Maria, Martha, Matthew, Mrs Hastings, Patricia, Patrick, Peter, Stephanie, Tom dan Wendy.

Mereka 'tinggal' bersama di dalam kepala perempuan 60 tahun itu. Setidaknya hingga beberapa saat yang lalu, sebelum dia mulai belajar bagaimana mengontrol 'dirinya' sendiri.

Seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (11/9/2016), perempuan 60 tahun itu memiliki kondisi yang berbeda dengan kebanyakan orang. Jika kebanyakan masyarakat hanya bisa memiliki satu atau dua kepribadian saja, Hass memiliki 15 kepribadian berbeda dalam dirinya.

"Pernah suatu kali ketika aku berusia 30-an, Julie mengambil alih tubuhku dan pergi berkencan," kata Hass.

"Aku bangun di pagi hari di tempat tidur bersama pria yang tidak aku kenal," tambah dia. 

Menurut keterangan Hass dia pertama kali menyadari memiliki kepribadian yang tidak hanya ganda, tapi banyak itu, saat dia masih duduk di bangku SD.

Saat itu ibunya mendengar dia berbicara dengan seseorang di kamarnya. Saat sang ibu naik ke kamarnya, dia menemukan Hass berbicara dengan dirinya sendiri.

Hass pertama kali menyadari memiliki kepribadian ganda pada saat dia masih duduk di bangku sekolah dasar (News.com.au).

"Saat itu aku berbicara dengan 'teman' yang berada di dalam diriku, aku bahkan mendengar ada suara berbicara kepadaku. Ibuku datang dan bertanya aku berbicara dengan siapa. Dia kewalahan menanganiku," kata Hass menjelaskan.

Perempuan yang kini sedang menjalani terapi mengontrol kepribadiannya itu mengatakan orangtuanya bahkan harus menggunakan kekerasan untuk mengembalikannya 'normal'.

Dia juga mengatakan beberapa kepribadiannya terbentuk karena pengalaman buruk yang diterimanya dari sang ayah.

"Aku tidak diperbolehkan memiliki perasaan. Jika aku tertawa aku akan mendapatkan masalah. Otakku menciptakan pasukan sendiri untuk melindungiku.

Sejak satu tahun yang lalu, ketika Hass masih berusia 59 tahun, dia menjalani pemeriksaan. Hasilnya menunjukkan bahwa kepribadian tak wajar yang dimilikinya merupakan suatu penyakit yang bisa diobati.

Sejak saat itu Hass berlatih keras untuk 'membungkam' suara-suara di otaknya.

"Aku menggabungkan 10 di antaranya menjadi kepribadian dasarku. Terapisku membuatku bisa berbicara kepada kepribadianku jika mereka mau. Kami akan bertanya apa perannya dan kami akan berlatih tanpa menggunakan 'dia'," ujar Hass.

Hass kini hanya tinggal dengan Martha dan Maria -- yang satu sangat sensitif, sedangkan yang lainnya pemecah masalah.

Kini dia juga sedang melakukan pengobatan psikoterapi untuk menghilangkan trauma yang pernah dialaminya di masa lalu.

Namun, hal tersebut sedikit dipersulit oleh Martha dan Maria. "Aku beharap mereka bisa secepatnya pergi," kata dia.

Hass bahkan telah menulis sebuah buku bertajuk 'Navigating Life with Multiple Personality Disorder'. Sejak buku itu dipublikasikan pada Juli, beberapa orang menghubunginya dan mengatakan mereka memiliki masalah yang sama.

"Tidak semua orang yang menderita Dissociative Identity Disorder ingin kepribadian lain mereka menghilang begitu saja. Ada yang ingin 'memelihara' mereka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya