Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, mengakhiri rangkaian pertemuan di sidang Majelis Umum PBB di New York dengan menghadiri High-Level Segment. Tahun ini pertemuan itu mengambil tema Sustainable Development Goals: Universal Push to Transform Our World.
Selama berlangsungnya sidang Majelis Umum PBB Menlu tercatat telah menghadiri 48 pertemuan. Di sela-sela pertemuan tersebut, Indonesia juga membuka hubungan diplomatik dengan tiga negara di Benua Afrika.
Baca Juga
"Kami menandatangani tiga perjanjian pembukaan hubungan diplomatik dengan Republik Afrika Tengah, Equitorial Guinea, dan Chad. Ditandatangani pula dua perjanjian bilateral dengan Turkmenistan (MoU Konsultasi Bilateral) dan dengan Liga Arab (MoU antara Indonesia dan Sekretariat Liga Arab)," sebut Menlu dalam keterangan pers kepada Liputan6.com, Rabu (28/9/2016).
Advertisement
Penandatanganan Joint Communique antara Menlu RI dan ketiga mitranya yakni menlu Afrika Tengah, Equitorial Guinea, dan Chad maka kini Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan 190 negara dari total 193 yang menjadi anggota PBB.
"Hubungan diplomatik akan semakin memudahkan penguatan dan peningkatan berbagai kerja sama baik bilateral maupun multilateral di PBB," ucapnya.
Sebelum dibukanya hubungan diplomatik dengan Republik Afrika Tengah, Indonesia memiliki pasukan yang tergabung dalam misi perdamaian UN MINUSCA (Multidimensional Integrated Stabilization Mission in CAR).
Hingga akhir Juni 2016, terdapat 215 personel TNI yang bertugas di Republik Afrika Tengah melalui Satuan Tugas Kizi TNI sejak Mei 2014.
Nilai perdagangan bilateral RI-Republik Afrika Tengah mencapai mencapai US$ 6,6 juta pada tahun 2015. Produk ekspor utama Indonesia ke Republik Afrika Tengah antara lain produk CPO dan turunannya, sabun, dan margarin.
Sementara untuk Equitorial Guinea nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 72,9 juta. Jumlah ini meningkat 16 kali lipat dibanding pada 2014.
Peningkatan signifikan ini didorong oleh impor migas RI dari Equitorial Guinea sebesar USD 64,1 juta. Equitorial Guinea, yang terletak di Afrika Tengah, merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di Afrika.
Produksi minyak mentah mereka pada 2015 mencapai 289.000 barel per hari.
Sementara pembukaan hubungan diplomatik dengan Chad diharapkan dapat memperluas akses pasar produk non migas Indonesia serta mendorong kerja sama teknik dan capacity building.