Liputan6.com, Virginia - Kali pertama dalam sejarahnya, editorial USA Today akhirnya bersuara atas pemilu pemilihan presiden AS. Kendati tak spesifik meminta untuk memilih salah satu kandidat, namun surat kabar itu meminta pemilih untuk menentang Donald Trump.
Editorial pada Kamis 29 Agustus 2016, menulis seruan untuk menentang Trump. Ini adalah gerakan pertama surat kabar yang berusia 34 tahun. Mereka menganggap bahwa Trump berbahaya.
Baca Juga
"Pada hari ini, kami mendeklarasikan bahwa selama 15 bulan dari mulai kampanye hingga debat pertama, Trump mendemonstrasikan betapa ia tak punya pengetahuan, tidak siap, dan memiliki ketidakjujuran, serta temperamen yang buruk," tulis pemimpin redaksi surat kabar itu seperti dilansir CNN, Jumat (30/9/2016).
Advertisement
USA Today menambahkan, Trump punya sikap aneh dan tak mampu untuk jadi panglima tertinggi atau Commander in Chief.
"Ia juga pembohong juga cenderung kasar di tiap dialog skala nasionalnya," lanjut opini surat kabar itu.
"Kami tidak lengah dari isu-isu yang selama kampanye telah dieksploitasi oleh Trump, seperti hilangnya mata pencaharian kelas pekerja, kebenaran politik yang berlebihan, mengatur Mahkamah Agung, memicu kerusuhan dan kekerasan jalanan, munculnya kelompok teroris ISIS, kemacetan di Washington, dan pengaruh kepentingan orang berduit, " tulis editorial USA Today. "Semua adalah sumber keprihatinan kita bersama."
Sementara itu cawapres Trump, Gubernur Indiana, Mike Pence, cepat-cepat membela pasangannya pada opini di surat kabar yang sama dan dimuat hari Kamis.
"Donald Trump telah meletakkan sebuah visi untuk meningkatkan posisi Amerika di dalam dan di luar negeri," tulis Pence.
Editorial anti-Trump itu tak lantas menjadi dukungan bagi Hillary Clinton. Namun, USA Today menyebut, capres Demokrat itu, "jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengancam keamanan nasional atau menimbulkan krisis konstitusi."
Dewan mendesak para pemilih untuk "tetap setia akan keyakinan mereka," bahkan jika itu berarti suara untuk Hillary Clinton -- calon pihak ketiga atau orang lain -- asal bukan Trump.
Editorial menyimpulkan, "Apa pun yang Anda lakukan, bagaimanapun, tolaklah ide-ide berbahaya. Dengan kata lain tidak memilih Donald Trump."
Pence, bagaimanapun, membantah ide itu. Ia mengatakan bahwa Hillary-lah yang justru akan merusak negeri jika kelak ia jadi presiden.
"Hillary Clinton menjadi perlambang mengapa orang-orang Amerika begitu sedikit menaruh kepercayaan para pemimpin politik kita," tulis Pence.
"Lebih dari tiga dekade dalam kehidupan masyarakat, kita telah terbiasa menghadapi pemimpin semacam Hillary."
Dia menambahkan bahwa Hillary "mewakili semua yang salah dari status quo di Washington DC."
USA Today bukan satu-satunya media yang terang-terangan menentang Donald Trump.
The Arizona Republic, The Cincinnati Enquirer dan Dallas Morning News -- yang dikenal konservatif -- menyatakan mendukung Hillary.
Demikian pula dengan media arus utama Washington Post dan New York Times. Bahkan Times jelas-jelas mendukung Hillary di editorial mereka 5 hari lalu.
Dan untuk pertama kalinya dalam sejarah panjangnya selama 143 tahun, Detroit News, tidak mendukung Partai Republik.