Liputan6.com, Darmstadt - Misi Rosetta tamat. Pesawat antariksa tanpa awak itu mengakhiri misinya dengan cara 'heroik', menabrakkan diri permukaan es Komet 67P.
Pengendali misi di Darmstadt belum bisa mengonfirmasi kapan detik-detik terakhir Rosetta terjadi. Kontak dengan pesawat antariksa yang telah menua itu tiba-tiba saja putus -- yang menandakan terjadinya kerusakan.
Beberapa jam sebelum tabrakan terjadi, Rosetta mengirimkan sejumlah gambar beresolusi tinggi, juga serangkaian pengukuran dari benda langit yang mirip bongkahan raksasa salju kotor itu.
"Selamat tinggal Rosetta. Kau telah melakukan tugasmu dengan baik. Sumbangsih terbaik untuk ilmu keantariksaan," kata manajer misi Badan Antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA), Patrick Martin, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (1/10/2016).
Martin menyatakan misi Roseta di Komet 67P telah berakhir dengan sukses.
Para peneliti berharap data yang dikumpulkan Rosetta di Komet 67P dalam dua tahun terakhir akan bisa dipergunakan selama beberapa dekade.
Hilangnya sinyal, yang terjadi pada Jumat pagi 30 September 2016 pukul 11.19 GMT disambut sorakan yang diredam dan jabat tangan para staf ESA.
Baca Juga
Selesainya misi Rosetta berarti pula berakhirnya tugas para ilmuwan. "Orang-orang merasa sedih, sekaligus bangga telah menyelesaikan misi ini," kata penasihat senior ESA, Mark McCaughrean.
Selama Jumat pagi, tim instrumen mengikuti setiap putaran dan perubahan gerak Rosetta, saat ia berupaya mendarat di kepala komet berbentuk 'bebek' selebar 4 kilometer itu.
Advertisement
Para peneliti ingin menurunkan pesawat antariksa itu, untuk mengamati bagian dalam salah satu lubang yang menimbulkan kesan bercak-bercak pada permukaan.
Lubang sinkhole itu adalah titik di mana 67P menyemburkan gas dan debu ke angkasa. Para ilmuwan menganggapnya sebagai peluang untuk mengintip bagian dalam komet.
Beberapa gambar berhasil dikirim Rosetta, hanya beberapa detik sebelum tabrakan terjadi. Foto-foto tersebut akan memiliki resolusi yang dapat diukur dalam milimeter.
"Super-duper," puji Holger Sierks, kepala tim kamera Osiris. "Bulu kudukku merinding saat berpikir tentang semua itu," kata dia kepada BBC News.
Komet 67P/Churyumov-Gerasimenko --nama lengkap benda angkasa itu -- saat ini sedang menuju jauh dari Matahari.
Posisinya membatasi energi matahari yang tersedia untuk Rosetta, yang digunakan untuk mengoperasikan sistemnya. Membuat pesawat antariksa itu tak 'bertenaga'.
Sengaja Ditabrakkan
Para ilmuwan awalnya punya opsi untuk membuat Rosetta hibernasi atau membiarkannya mati perlahan.
Namun, menurut ilmuwan ESA, Matt Taylor, jika Rosetta 'ditidurkan' dan kemudian dibangunkan lagi ketika 67P kembali memasuki wilayah terang Tata Surya, tidak ada jaminan teknologinya masih akan bekerja dengan baik.
Maka, mereka memutuskan untuk mengakhirinya dengan aksi nekat yang berakhir dengan tabrakan.
Karena Rosetta tidak dirancang untuk mendarat, beberapa struktur yang sangat mungkin pecah pada kontak awal dengan komet.
Rosetta tiba di 67P pada bulan Agustus 2014, setelah perjalanan 10 tahun dari Bumi. Selama bertahun-tahun, ia menguak rahasia tentang perilaku, struktur dan kimia komet.
Rosetta bahkan menurunkan robot kecil bernama Philae ke permukaan komet pada bulan November 2014 untuk mengumpulkan informasi tambahan -- yang pertama bersejarah dalam eksplorasi ruang angkasa.
Rosetta diharapkan membantu menguak misteri mengapa Bumi menjadi dunia yang sangat berair -- jangan lupa 70 persen wilayah planet kita adalah lautan.