Masjid Megah dan Sejuk di Bangladesh Dirancang oleh Perempuan

Seperti halnya wanita Bangladesh lainnya, Tabassum baru saja menginjakkan kaki di masjid ketika ia membuat bangunan itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 06 Okt 2016, 15:22 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2016, 15:22 WIB
Satu-satunya Arsitek Perempuan Bangladesh Menangkan Penghargaan
Satu-satunya Arsitek Perempuan Bangladesh Menangkan Penghargaan (architectureau21.rssing.com)

Liputan6.com, Dhaka - Marina Tabassum adalah perancang Masjid Baitur Rouf yang baru saja memenangkan penghargaan internasional. Dia adalah satu-satunya arsitek perempuan di Bangladesh -- di mana kaum hawa jarang masuk rumah ibadah.

Ada hal menarik tentang Tabassum dan desainnya. Menara yang tradisional dan kubah yang mendukung struktur bata terakota berlantai satu itu diliputi dengan cahaya dan tetap dingin bahkan di musim panas terik.

Seperti kebanyakan wanita Bangladesh, Tabassum baru saja menginjakkan kaki di masjid ketika ia ditugaskan untuk merancang bangunan pada tahun 2005 setelah neneknya mewakafkan sebidang tanah.

Beberapa masjid Bangladesh memiliki bagian khusus untuk jemaah perempuan, namun kebanyakan kaum hawa memilih beribadah di rumah.

Tabassum mengunjungi lebih dari 100 masjid sebelum merancang desain Masjid Baitur Rouf di utara Dhaka. Fokusnya adalah menciptakan 'surga yang damai' di lingkungan miskin di salah satu kota paling padat di dunia.

"Tak ada tradisi perempuan pergi ke masjid untuk berdoa di anak benua India, tapi saya telah mengalami beberapa pengalaman spiritual yang benar-benar indah. Itu selalu menjadi inspirasi besar bagi saya," katanya kepada kantor berita Prancis dalam sebuah wawancara baru-baru ini seperti dilansir Yahoolifestyle, Kamis (6/10/2016).

"Ide spiritualitas sebagai elemen dalam desain selalu menjadi sesuatu yang sangat menarik dan saya suka bekerja dalam spektrum itu."

Perempuan berusia 45 tahun itu diakui sebagai salah satu arsitek top Bangladesh setelah merancang Museum Kemerdekaan Dhaka. Baginya, jenis kelamin tidak membatasi kariernya.

"Saya menganggap diri saya sebagai seorang profesional. Hambatan menjadi seorang wanita benar-benar tidak ada dalam pikiran saya," katanya.

Bangunan Tradisonal yang Indah

Aga Khan Award untuk para arsitek dibagikan setiap tiga tahun. Penghargaan itu ditujukan kepada para arsitektur yang melayani komunitas Muslim. Tahun ini hadiah US$ 1 juta telah dibagi antara enam proyek di seluruh dunia.

Juri mengatakan masjid Dhaka "menantang status quo", memuji "kesederhanaan kuat yang memungkinkan untuk refleksi yang mendalam dan kontemplasi dalam doa".

Secara resmi Bangladesh adalah negara sekuler. Namun, negara itu punya sejarah kaya terkait bangunan masjid, dimulai invasi Turki Abad ke-13.

Desain Tabassum memasukkan unsur-unsur yang ditemukan dalam tradisi lokal, seperti penggunaan batu bata dan kubah kecil yang memberi tambahan dekorasi pada atap, menciptakan gaya yang unik.

Masjid ciptaan Marina Tabassum

Tabassum mengatakan dia mencoba untuk memadukan mereka "tradisi agung yang hilang " dari desain masjid dengan praktik arsitektur kontemporer.

Semenjak selesai pada tahun 2012, Masjid Baitur Rouf telah menarik pengunjung dari seluruh negeri -- dan itu membuat Imam Deen Islam senang.

"Tidak seperti masjid lainnya di negeri ini, bangunan itu tidak memiliki menara, atau kubah, atau podium untuk kutbah salat Jumat. Namun bagi para jamaah, itu merupakan salah satu masjid yang paling indah dari negara ini," kata imam yang berusia 38 tahun.

"Cahaya yang ringan kala memasuki masjid sangat menenangkan. Bahkan selama hari musim panas, suhu di dalam tetap sejuk. Seperti ada AC di dalamnya."

Puluhan jendela kecil di atap dan dinding memasukkan cahaya -- yang warnanya berubah sepanjang hari saat matahari melewati bangunan. Penggunaan batu bata terakota adalah upaya mempertahankan tradisi Bangladesh.

Tabassum juga mengajar arsitektur di kampus. Ia mengaku selektif terhadap proyek yang ia ambil. Baginya, arsitek juga harus punya nilai sosial.

"Kami adalah bangsa yang sangat muda dan tanggung jawab seorang arsitek melampaui sekedar merancang bangunan yang indah," katanya.

"Kami dapat merancang bangunan seperti yang dirancang oleh Frank Gehry. Tapi saya akan mempertanyakan apakah itu akan menjadi hal yang benar untuk dilakukan di negara seperti Bangladesh, yang ekonominya masih belum maju.

"Dalam konteks Bangladesh, bangunan seperti itu justru berefek buruk," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya