Liputan6.com, Paris: Maskapai penerbangan Amerika Serikat Continental dan lima orang akan menghadapi dakwaan atas jatuhnya pesawat Concorde Air France sepuluh tahun lalu, di pengadilan Prancis. Kecelakaan pesawat supersonik tersebut menewaskan 113 orang. Demikian seperti dirilis BBC, Selasa (2/2).
Concorde yang sempat diklaim sebagai pesawat teraman di dunia itu mengalami nahas setelah terbakar ketika lepas landas dari Bandar Udara Charles de Gaulle, Prancis, Juli 2000,. Selang beberapa menit kemudian, pesawat jatuh menghantam sebuah hotel di Kota Gonesse. Kejadian tersebut mengakibatkan 113 orang tewas seketika, termasuk penumpang dan awak pesawat Concorde yang berjumlah 109 orang [baca: Concorde Prancis Meledak Karena Serpihan Logam].
Sebuah laporan resmi menyatakan, sewaktu lepas landas ban pesawat yang dijuluki Speedbird One itu melindas serpihan logam yang berasal dari pesawat Continental. Alhasil, roda meletus dan meledakkan tangki bahan bakar. Bahkan, menurut peneliti, serpihan logam dengan panjang 43 sentimeter jatuh dari badan mesin pesawat Continental DC-10. Pada Maret 2008, jaksa penuntut umum di Prancis meminta hakim mendakwa pihak Continental dengan pasal pembunuhan.
Namun, pengacara Continental, Olivier Metzner, menolak tuduhan tersebut dan mengatakan dapat membuktikan jet supersonik terbakar sebelum melindas serpihan titanium. Ia berkeras akan membuktikan bahwa Concorde terbakar delapan detik sebelum potongan logam Continental yang berjarak 700 meter bertemu dengan Concorde. Dia mengatakan pula, kebocoran bahan bakar Concorde sebagai penyebab bencana. Adapun pihak maskapai penerbangan Air France, yang bersama British Airways mengoperasikan Concorde, menampik alasan tersebut.
Selain Continental, lima orang yang akan diadili adalah John Taylor (mekanik Continental pemasang setrip logam ke DC-10), Stanley Ford (bagian perawatan resmi Continental. Selain itu, mantan kepala mesin Concorde, Jacques Herubel, dan Henri Perrier, mantan kepala divisi Aerospatiale Concorde. Serta, Claude Frantzen, mantan anggota pengawas penerbangan sipil.
Jika mereka terbukti bersalah dalam tuduhan pembunuhan, maka akan menjalani hukuman penjara hingga lima tahun penjara beserta denda US$ 104 ribu atau sekitar Rp 1,040 miliar.
Pesawat Concorde dikenal sebagai favorit kalangan selebritas dan pelaku bisnis. Tak mengherankan, sebab pesawat ini dapat menghubungkan London, Inggris dan New York, Amerika Serikat dalam waktu tiga setengah jam. Burung besi yang memulai penerbangan komersialnya pada pertengahan Januari 1976 itu mampu melesat hingga dua kali kecepatan suara. Dengan begitu pesawat ini kemudian menjadi simbol glamor kaum kelas atas.
Dan, 24 Oktober 2003 adalah penerbangan terakhir Concorde. Saat itu pesawat supersonik tersebut tiba di Bandara Heathrow, London, Inggris, dari Bandara John F. Kennedy, New York, AS. Penerbangan terakhir ini menandakan era berakhirnya pesawat supersonik tersebut [baca: Era Pesawat Supersonik Concorde Berakhir].(ANS)
Concorde yang sempat diklaim sebagai pesawat teraman di dunia itu mengalami nahas setelah terbakar ketika lepas landas dari Bandar Udara Charles de Gaulle, Prancis, Juli 2000,. Selang beberapa menit kemudian, pesawat jatuh menghantam sebuah hotel di Kota Gonesse. Kejadian tersebut mengakibatkan 113 orang tewas seketika, termasuk penumpang dan awak pesawat Concorde yang berjumlah 109 orang [baca: Concorde Prancis Meledak Karena Serpihan Logam].
Sebuah laporan resmi menyatakan, sewaktu lepas landas ban pesawat yang dijuluki Speedbird One itu melindas serpihan logam yang berasal dari pesawat Continental. Alhasil, roda meletus dan meledakkan tangki bahan bakar. Bahkan, menurut peneliti, serpihan logam dengan panjang 43 sentimeter jatuh dari badan mesin pesawat Continental DC-10. Pada Maret 2008, jaksa penuntut umum di Prancis meminta hakim mendakwa pihak Continental dengan pasal pembunuhan.
Namun, pengacara Continental, Olivier Metzner, menolak tuduhan tersebut dan mengatakan dapat membuktikan jet supersonik terbakar sebelum melindas serpihan titanium. Ia berkeras akan membuktikan bahwa Concorde terbakar delapan detik sebelum potongan logam Continental yang berjarak 700 meter bertemu dengan Concorde. Dia mengatakan pula, kebocoran bahan bakar Concorde sebagai penyebab bencana. Adapun pihak maskapai penerbangan Air France, yang bersama British Airways mengoperasikan Concorde, menampik alasan tersebut.
Selain Continental, lima orang yang akan diadili adalah John Taylor (mekanik Continental pemasang setrip logam ke DC-10), Stanley Ford (bagian perawatan resmi Continental. Selain itu, mantan kepala mesin Concorde, Jacques Herubel, dan Henri Perrier, mantan kepala divisi Aerospatiale Concorde. Serta, Claude Frantzen, mantan anggota pengawas penerbangan sipil.
Jika mereka terbukti bersalah dalam tuduhan pembunuhan, maka akan menjalani hukuman penjara hingga lima tahun penjara beserta denda US$ 104 ribu atau sekitar Rp 1,040 miliar.
Pesawat Concorde dikenal sebagai favorit kalangan selebritas dan pelaku bisnis. Tak mengherankan, sebab pesawat ini dapat menghubungkan London, Inggris dan New York, Amerika Serikat dalam waktu tiga setengah jam. Burung besi yang memulai penerbangan komersialnya pada pertengahan Januari 1976 itu mampu melesat hingga dua kali kecepatan suara. Dengan begitu pesawat ini kemudian menjadi simbol glamor kaum kelas atas.
Dan, 24 Oktober 2003 adalah penerbangan terakhir Concorde. Saat itu pesawat supersonik tersebut tiba di Bandara Heathrow, London, Inggris, dari Bandara John F. Kennedy, New York, AS. Penerbangan terakhir ini menandakan era berakhirnya pesawat supersonik tersebut [baca: Era Pesawat Supersonik Concorde Berakhir].(ANS)