Liputan6.com, Jakarta - Melihat beberapa survei terkait dengan pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini, calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, tampaknya berada di atas angin.
Meksi demikian, hasil-hasil survei tidak serta-merta menjadi jaminan kemenangan. Ada sejumlah skenario yang bisa menyebabkan Hillary Clinton kalah dalam pemilihan.
Advertisement
Baca Juga
Hal tersebut diungkapkan oleh Nathanael Sumaktoyo dalam diskusi The Race to the White House: The Outlook Three Weeks Out yang diadakan oleh US Indonesia Society (USINDO), Kedutaan Amerika Serikat, dan The Habbibie Center pada Jumat 14 Oktober 2016 lalu di @america Jakarta.
Pertama-tama, kandidat doktor di University of Notre Dame Amerika Serikat itu menyodorkan penelitian yang mencoba menelaah hubungan antara cuaca dengan kemenangan Partai Republik.
Selama ini dikenal anekdot yang menyebut bahwa hujan yang turun saat pelaksanaan pemilihan presiden AS condong memberi kemenangan kepada calon dari Partai Republik.
Penelitian ilmiah tersebut dilakukan oleh Brad T. Gomez, Thomas G. Hansford, dan George A. Krause terhadap 14 kali pilpres AS dengan menggunakan data dari 22.000 stasiun cuaca dan diolah dengan interpolasi sistem informasi geografis (Geographic Information System, GIS).
Hasilnya, ketika dibandingkan dengan keadaan cuaca normal, turunnya hujan dan salju menurunkan jumlah kehadiran pemberi suara dan ditengarai memberi pengaruh kepada kemenangan yang condong kepada Partai Republik.
Selain cuaca, demografi para pendukung partai juga berperan.
Melihat jumlah pemilih yang mengaku sebagai pendukung, Partai Demokrat sebenarnya berada di atas angin karena jumlah pendukungnya selalu lebih tinggi dibandingkan orang yang mengaku mendukung Partai Republik.
Data demografis menunjukkan, sebagian besar pendukung Partai Demokrat berasal dari kelompok usia yang termasuk dalam Generasi Y dengan sejumlah karakter yang berkaitan, semisal keinginan perubahan.
Namun demikian, pengakuan dukungan kepada partai tidak selalu berkaitan dengan kehadiran saat pemilihan.
Generasi sebelumnya, yang condong kepada kubu konservatif seperti Partai Republik, bukan sekedar mengaku mendukung partai tersebut, tapi benar-benar hadir saat pemilihan untuk memberikan suaranya.
Data dari beberapa kali pilpres AS menunjukkan, mereka yang mengaku sebagai pendukung Partai Republik cenderung bertindak lebih dari sekedar pengakuan dan benar-benar hadir (turn out) memberikan suara dukungan pada hari pelaksanaan pemberian suara.