Di Jepang Duterte Kembali Bicara Soal 'Pengusiran' Militer AS

Dalam kunjungannya ke Jepang, Duterte kembali menyebut bahwa negaranya harus bebas dari militer asing.

oleh Citra Dewi diperbarui 26 Okt 2016, 20:43 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2016, 20:43 WIB
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dengan PM Jepang Shinzo Abe dalam konferensi pers bersama di Tokyo
Presiden Filipina Rodrigo Duterte dengan PM Jepang Shinzo Abe dalam konferensi pers bersama di Tokyo (Reuters)

Liputan6.com, Tokyo - Presiden Filipina Rodrigo Duterte berusaha untuk meyakinkan Jepang bahwa kunjungannya ke Tiongkok pada pekan lalu hanya membahas soal ekonomi dan bukan tentang keamanan. Ia juga bersumpah untuk berdiri di sisi Jepang atas sengketa Laut China Selatan.

Sebelumnya pada Rabu pagi (26/10/2016), Duterte menegaskan bahwa dirinya mungkin akan mengakhiri perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat.

Kunjungan Duterte ke Jepang terjadi di tengah kekhawatiran tentang kebijakan luar negerinya setelah beberapa minggu melontarkan serangan verbal kepada AS.

Dalam kunjungannya ke China, mantan wali kota Davao itu mengumumkan 'perceraian' dengan Amerika Serikat. Namun setelah itu dirinya bersikeras tak akan memutus hubungan dengan Negeri Paman Sam dan mengatakan bahwa ia hanya mengejar kebijakan luar negeri yang independen.

Pernyataan Duterte yang dianggap plin plan itu membuat Perdana Menteri Shinzo Abe kebingungan. Jepang telah memperketat hubungan dengan AS, dan di saat yang sama sedang membangun hubungan keamanan yang lebih erat dengan Filipina dan negara-negara Asia Tenggara dalam menanggapi meningkatkan kebangkitan China.

"Anda tahu saya pergi ke China dalam sebuah kunjungan. Dan saya ingin meyakinkan Anda bahwa semua hanya tentang ekonomi. Kami menghindari pembicaraan tentang aliansi," ujar Duterte kepada pengusaha Jepang.

"Saya telah mengumumkan akan mewujudkan kebijakan luar negeri yang independen. Saya ingin, mungkin dalam dua tahun ke depan, negara saya akan bebas dari kehadiran pasukan militer asing. Saya ingin mereka pergi."

"Dan jika saya harus merevisi atau membatalkan perjanjian, perjanjian eksekutif, ini akan menjadi manuver terakhir, permainan perang antara militer Amerika Serikat dan Filipina," imbuh dia.

Menggambarkan Jepang sebagai sebagai "teman spesial yang lebih dekat daripada saudara", Duterte mengatakan bahwa setelah pertemuan itu pemerintahnya akan bekerja sama terkait isu-isu regional yang menjadi perhatian bersama.

Seperti dikutip dari Reuters, Rabu (26/10/2016), Duterte juga menyebut akan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, aturan hukum, dan penyelesaian sengketa secara damai, termasuk soal Laut China Selatan.

"Hari ini kami telah mengambil langkah untuk meyakinkan bahwa ikatan kita tetap hidup dan akan mendapatkan kekuatan yang lebih besar di tahun-tahun mendatang," ujar Duterte.

Abe juga mengatakan bahwa dirinya menyambut upaya Duterte untuk meningkatkan hubungan Filipina dengan Tiongkok dan mengatakan bahwa kedua pemimpin tersebut telah sepakat menyelesaikan sengketa maritim secara damai.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya