NATO Kerahkan Pasukan ke Perbatasan Rusia, Sinyal Perang Global?

Pihak NATO menegaskan, taktik Rusia telah memaksa aliansi tersebut untuk merespons. Kremlin dianggap menjelma jadi kekuatan mengkhawatirkan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 28 Okt 2016, 06:19 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2016, 06:19 WIB
 Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (REUTERS/Francois Lenoir)

Liputan6.com, London - Ketegangan yang dialami dunia kian nyata. Militer Inggris mengerahkan ratusan pasukan ke Eropa Timur, mendukung upaya Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk meningkatkan kehadirannya di kawasan tersebut -- dalam rangka menghadapi provokasi pihak Rusia.

Dalam pembangunan kekuatan militer terbesar di Eropa Timur sejak era Perang Dingin, Inggris menyatakan siap mengirimkan jet-jet  Typhoon milik Angkatan Udara atau Royal Air Force ke Romania hingga empat bulan pada tahun 2017.

Jet tempur Typhoon milik Angkatan Udara atau Royal Air Force (Reuters)

Menteri Pertahanan Michael Fallon juga mengonfirmasi bahwa 800 personel akan dikirim ke Estonia, lebih banyak dari rencana semula yang hanya 150 tentara.

"Didukung naiknya anggaran pertahanan, pengerahan kekuatan tempur udara, darat, dan laut menunjukkan bahwa kami akan terus memainkan peran utama dalam NATO, mendukung pertahanan dan keamanan sekutu kami dari utara dan selatan," kata Fallon, seperti dikutip dari CNN, Kamis (27/10/2016).

Hal tersebut diumumkan sepekan setelah kapal perang Rusia, yang sedang dalam perjalanan ke Suriah, melewati dekat perairan yang menjadi teritorial Inggris.

Sementara pada Rabu 26 Oktober lalu, Rusia membatalkan permintaan bagi armada kapal perangnya, termasuk kapal induk Admiral Kuznetsov untuk mengisi bahan bakar di Pelabuhan Ceuta, Spanyol dalam perjalanan menuju Suriah.

Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan, Kremlin menarik permintaannya setelah pihaknya meminta klarifikasi kepada Kedubes Rusia di Madrid, soal apakah armada tersebut akan berpartisipasi dalam operasi militer untuk mengepung Aleppo di Suriah.

Peran Rusia dalam konflik Suriah telah memperburuk hubungan negara itu dengan NATO -- yang diawali aneksasi wilayah Crimea dari Ukraina pada 2014.

'Memaksa' Respons NATO

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, taktik Rusia telah memaksa aliansi tersebut untuk merespons.

"Rusia menaikkan anggaran pertahanan tiga kali lipat," kata dia. "Negara itu banyak berinvestasi untuk peralatan militer modern. Mereka sedang melakukan latihan besar-besaran, tanpa pemberitahuan, di dekat perbatasan dengan negara NATO."

Stoltenberg menambahkan, Rusia diduga akan menggunakan kekuatan tempurnya ke sejumlah negara tetangga.

"Kita sudah melihatnya di Georgia, di Ukraina dengan aneksasi ilegal atas Crimea dan destabilisasi berlanjut atas Ukraina Timur. Oleh karena itu NATO harus merespons."

Pengerahan pasukan dilakukan di tengah kekhawatiran terkait keamanan di negara-negara Baltik seperti Latvia, Estonia, dan Lithuania -- yang punya penduduk minoritas yang bicara dengan Bahasa Rusia. Mereka takut akan senasib dengan Ukraina.

Sementara, Polandia pun ketar-ketir sejak Rusia memperkuat opsi militernya di kantong mereka di Baltik,  Kaliningrad, termasuk dengan mendatangkan sistem rudal Iskander.

Kaliningrad berbagi perbatasan sepanjang 200 kilometer dengan Polandia. Kehadiran militer Rusia membuat ribuan warga Polandia bergabung dengan pasukan misili lokal.

Pasukan paramiliter Polandia telah berkembang dengan pesat. Lebih dari 35 ribu orang mendaftar dan menjalani pelatihan militer. Mulai dari siswa SMA, pengacara, juga dokter.

Sementara itu, Amerika Serikat dan Inggris akan mengirimkan pasukan ke Polandia tahun depan -- sebagai unjuk kekuatan dan dukungan untuk sekutu mereka.

"NATO tidak sedang memancing konfrontasi dengan Rusia," kata Stoltenberg. "Kami tak ingin Perang Dingin baru, tak berharap ada persaingan senjata. Maka dari itu, apa yang dilakukan NATO bersifat defensif dan proporsional."

NATO, dia menambahkan, mau tak mau harus bereaksi setelah menyaksikan dalam jangka waktu lama, bagaimana Rusia membangun kekuatan tempurnya.

"Kita telah melihat mereka memodernisasi kemampuan militer mereka dan yang paling penting, menyaksikan mereka mau menggunakan kekuatan militer terhadap negara tetangganya."

Di sisi lain, Moskow menuding NATO melakukan gerakan bawah tanah di Eropa Timur untuk melakukan 'serangan global' melawan Rusia.

Mereka memiliki rencana yang sangat serius dalam merancang kerangka apa yang disebut serangan global," kata anggota parlemen Franz Klintsevich seperti dilansir dari Newsweek, Juni 2016 lalu.

"NATO mengambil basis Uni Soviet di Baltik, Rumania, Polandia dan menyebarkan orang di sana."

"Bahkan, tampaknya mereka sedang mempersiapkan place d’armes untuk menyiapkan peralatan dan rencana untuk persiapan rencana besar," kata Klintsevich kepada kantor berita independen Interfax.

Places d' armes mengacu pada istilah militer yang menunjukkan persenjataan dan pertempuran posisi strategis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya