4-11-2010: 'Horor' Hujan Puing Pesawat di Pusat Kota Batam

Baru empat menit lepas landas dari Bandara Changi, Singapura, mesin pesawat Qantas meledak. Puingnya menghujani Batam.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 04 Nov 2016, 06:00 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2016, 06:00 WIB
Pesawat QF32 mendarat darurat di Bandara Changi Singapura, Kamis 4 November 2010
Pesawat QF32 mendarat darurat di Bandara Changi Singapura, Kamis 4 November 2010 (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta Pagi itu, Kamis 4 November 2010 Ulf Waschbusch berada di dalam pesawat Qantas dengan nomor penerbangan QF32. Total, ada 459 orang yang ada di dalamnya.

Burung besi jenis Airbus 380 itu baru empat menit terbang sejak lepas landas dari Bandara Changi, Singapura menuju Sydney, Australia.

Tiba-tiba terdengar ledakan keras. "Kami mendengar suara bom. Aku melihat ke luar dan menyaksikan kebakaran kecil," kata Waschbusch seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (3/11/2016). "Sesuatu pecah di sayap kiri."

Kapten lalu mengumumkan bahwa A380 tersebut akan membuang bahan bakar, sebagai persiapan pendaratan darurat. Tak ada kepanikan berlebih di kalangan para penumpang kala itu, meski suasana relatif mencekam. Sejumlah orang berpikir, bisa jadi hidup mereka segera berakhir jika pesawat sampai meledak dan terbakar habis di udara.

"Kami berputar-putar selama hampir dua jam untuk membuang bahan bakar," tambah Waschbusch. "Setiap orang di dalam pesawat sungguh luar biasa, relatif tetap tenang, sama sekali tak menggila."

Tak ada penumpang atau awak yang cedera kala itu. Pilot mengeluarkan peringatan 'Pan' -- satu tingkat di bawah 'Mayday' -- yang memberitahukan pada pesawat dan otoritas di area sekitar bahwa QF32 menghadapi masalah.

Setelah upaya keras pendaratan hanya dengan satu mesin, QF32 kembali ke Bandara Changi. Asap hitam menyembur dari badan pesawat itu saat menyentuh landasan pada pukul 11.45 waktu Singapura.

Sementara itu di darat, sejumlah penduduk Batam mendengar suara keras seperti bom. Mulai pukul 09.15 WIB, pecahan pesawat double-decker Airbus itu menghujan ke tanah.

Puing pesawat QF32 yang jatuh di Batam (flight.com)

 "Sebelum bagian pesawat jatuh, saya mendengar ledakan keras," kata salah satu saksi mata Devi. "Bunyinya seperti bom."

Tak lama kemudian, ditemukan serpihan pesawat di 17 titik di Batam Kota. Bagian baling-baling, sayap, atau mesin pesawat tersebut mengenai mobil, sejumlah bangunan, merusak atap SD 007 Eden Park Batam Center. Bahkan melukai guru dan muridnya.

Buntut insiden itu, seluruh pesawat Airbus A380 dilarang terbang sementara, termasuk 6 unit yang dimiliki Qantas.

Pada 2013, pengawas transportasi Australia mengatakan, ledakan di tengah penerbangan di langit Indonesia disebabkan pipa penyalur bahan bakar tidak sesuai dengan spesifikasi desain.

Biro Keselamatan Transportasi Australia (ATSB), yang merilis laporan ketiga dan yang terakhir, menemukan bahwa pipa rintisan penyalur minyak ke mesin Nomor 2 tidak sesuai dengan spesifikasi desain.

Mesin Qantas dengan nomor penerbangan QF32 (ATSB)

Pipa yang ada dalam mesin-mesin Trent 900 A380, yang diproduksi oleh Rolls Royce Plc, terlalu tipis, karena mesin bor tak disesuaikan dengan spesifikasi yang diminta.

Pipa yang tipis itu retak di bawah tekanan, membuat bahan bakar bocor di tengah penerbangan. Kebakaran internal tak terelakkan.

Tak sampai di situ. Api memanaskan mesin, dan memisahkan cakram turbin bertekanan tinggi dari tempatnya.

Cakram-cakram yang kendur dan berputar amat cepat, merobek mesin pesawat, menghamburkan puingnya di atas Pulau Batam. Setelah kejadian, Rolls Royce telah melakukan sejumlah tindakan untuk mengkaji kejadian ini.

Sementara, laporan ATSB juga membebaskan awak pesawat dari beban kesalahan. Menyebut, kru telah melakukan yang semestinya, dalam kondisi gagal sistem, dan kemudian dengan aman mendarat di Bandara Changi.

Tidak ada yang terluka secara fisik, tetapi sekelompok anggota awak QF32 telah melayangkan gugatan class action terhadap Rolls Royce Holdings Plc di Mahkamah Agung New South Wales, mengklaim menjadi korban trauma psikologis.

Sementara, seorang juru bicara Qantas mengaku, pihaknya menyambut baik rilis terakhir ATSB.

"Laporan ini sekali lagi menggarisbawahi ketenangan dan tindakan terampil kru Qantas yang berhasil mengembalikan pesawat dan penumpangnya dengan selamat ke Singapura."

Tak hanya insiden di langitBatam yang terjadi pada tanggal 4 November. Pada 2008, Barack Obama terpilih menjadi Presiden ke-44 Amerika Serikat. Ia adalah pria keturunan Afrika pertama yang jadi orang nomor satu di Gedung Putih.

Sementara, pada 1995, Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin terluka parah akibat tembakan tiga kali yang diletuskan Yigal Amir. Rabin ditembak sesaat setelah dia meninggalkan kampanye damai di Tel Aviv. Dia sempat di bawa ke rumah sakit tapi tewas tak lama kemudian.

Nahas juga menimpa Perdana Menteri Jepang, Hara Takashi tewas dibunuh di Stasiun Tokyo. Ia ditikam oleh petugas rel kereta Nakaoka Kon'ichi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya