Trump Menang, Kesempatan Terakhir bagi Muslim Kunjungi AS?

Saat kampanye, Donald Trump berkali-kali menyerukan larangan muslim masuk AS.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Nov 2016, 07:19 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 07:19 WIB
20161109-Pidato Kemenangan Donald Trump-New York
Presiden ke-45 AS, Donald Trump dan Wapres, Mike Pence langsung menyampaikan pidato setelah mengetahui hasil penghitungan suara Pilpres AS, di Manhattan, New York, Rabu (9/11). Trump unggul cukup jauh atas pesaingnya, Hillary Clinton. (REUTERS/Mike Segar)

Liputan6.com, Amman - Pernyataan Donald Trump yang menyerukan larangan muslim masuk Amerika Serikat menjadi salah satu komentar paling kontroversial di masa kampanye Pilpres AS 2016.

Namun, oleh sebuah maskapai di Yordania, pernyataan miliarder nyentrik yang baru saja terpilih jadi Presiden ke-45 AS itu justru dijadikan bahan promosi.

Saat warga Amerika Serikat menuju tempat pemungutan suara (TPS), Royal Jordanian Airlines mengunggah promosi perjalanan ke Negeri Paman Sam di media sosial.

"Jaga-jaga kalau dia menang...Pergilah ke AS saat Anda masih punya kesempatan untuk melakukannya," demikian kalimat yang tertera dalam iklan tersebut, seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (9/11/2016).

Promosi Maskapai Royal Jordanian Airlines (Facebook)


Hal ini diunggah pada waktu yang tepat dan disambut 8 ribu tanda "like" dan 1.500 komentar.

Maskapai Royal Jordanian Airlines melayani penerbangan dari Yordania -- sebuah negeri yang mayoritas penduduknya adalah muslim beraliran Sunni -- ke sejumlah kota di Amerika Serikat, yakni New York, Chicago, dan Detroit.

Trump sebelumnya mengusulkan untuk melarang muslim masuk ke AS. Namun, belakangan, ia melunakkan pernyataannya dengan menggantinya dengan pemeriksaan ekstrem.

Retorika Trump

Donald Trump saat kampanye bersikukuh mempertahankan pendapatnya, untuk melarang muslim masuk ke AS, kecuali mereka yang sudah jadi warga negara Amerika Serikat.

"Itu tak ada kaitannya dengan agama, tapi soal keamanan," kata dia.

"Jika seorang warga negara yang beragama Islam pergi ke luar negeri dan kembali, itu dibolehkan. Mereka adalah warga negara. Beda," kata Trump.

Tak hanya Gedung Putih, Pentagon, tokoh muslim, serta tokoh lintas agama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menentang pernyataan Trump.

Kurang dari 24 jam setelah Trump mengumumkan kunjungannya ke Yerusalem, PM Israel menyatakan menolak ajakan pengusaha nyentrik itu untuk melarang muslim masuk AS.

Pernyataan Trump juga dikritik Muhammad Ail, sebelum petinju legendaris itu tutup usia.

"Saya yakin, para pemimpin politik seharusnya menggunakan posisi mereka untuk mendorong pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan para pembunuh (teroris) itu telah menyesatkan persepsi tentang Islam. Bukannya mengeluarkan pernyataan menyinggung SARA seperti yang dilontarkan Trump," kata Ali.

Kini, setelah Donald Trump memenangkan Pilpres AS dan mengalahkan rivalnya, Hillary Clinton, umat muslim bertanya-tanya, janji mana yang akan diwujudkan suami Melania itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya