Bersiap Saksikan Supermoon Terbesar 14 November

Saat supermoon terjadi, Bulan mencapai pendekatan terdekat pukul 11.21 GMT pada jarak 356.509 km.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 14 Nov 2016, 08:46 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2016, 08:46 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Para penikmat benda langit tengah mempersiapkan diri untuk menyaksikan fenomena terbaru supermoon, yang berada dengan jarak paling dekat dengan satelit bumi sejak 1948.

Kesempatan terbaik untuk menyaksikannya di Inggris akan terjadi pada Senin 14 November malam, meski Bulan mencapai pendekatan terdekat pukul 11.21 GMT pada jarak 356.509 km.

Bagi para pengamat, Bulan akan terlihat sekitar 7% lebih besar dari ukuran normal dan sekitar 15% lebih cerah. Namun kondisi itu hampir tidak bisa dilihat perbedaannya dengan mata 'telanjang' manusia.

Bulan tidak akan berada sedekat ini lagi dengan Bumi sampai 25 November 2034.

Menurut perkiraan UK Met Office, cuaca akan berawan saat supermoon yang paling dekat dengan Bumi terjadi. Tapi organisasi tersebut tetap menyarankan agar masyarakat mengecek ramalan cuaca lokal saat fenomena itu terjadi.

Ketika Bulan mengorbit mengitari Bumi, kita melihat proporsi berbeda iluminasi Matahari. Satu masa tiap mengorbit, satelit benar-benar diterangi -- full moon atau bulan purnama.

Ketika Bulan mengorbit Bumi setiap 27 hari atau lebih, ia bergerak dalam bentuk elips atau oval. Ini berarti jarak dari planet kita tidak konstan tetapi bervariasi di orbit.

Tapi dalam orbit yang tidak rata ini ada variasi yang lebih disebabkan oleh gerakan Bumi mengelilingi Matahari. Ini berarti bahwa perigee -- pendekatan terdekat -- dan Bulan Purnama tidak selalu sinkron.

Ketika perigee bertepatan dengan bulan purnama, kondisi itu dalam bahasa populer dikenal sebagai supermoon.

Bagi para pengamat, perbedaan antara supermoon dan full moon atau bulan purnama beda tipis. Umumnya, supermoon bisa terlihat lebih besar sampai 14% dan 30% lebih terang, tetapi hanya jika dibandingkan dengan titik terjauh Bulan sampai ke dalam orbitnya.

"Perbedaan-perbedaan ini cukup kecil. Bulan naik begitu tinggi di langit, seperti halnya di musim dingin. Sangat sulit melihat perbedaan tanpa membandingkannya dalam foto-foto," kata Dr Chris North kepada website The Conversation.

"Tapi terlepas dari seberapa besar dan terangnya si supermoon, Bulan benar-benar obyek yang indah untuk dilihat," imbuh Dr Chris.

Neil deGrasse Tyson selaku Direktur Hayden Planetarium di New York sebelumnya memperkirakan peristiwa itu hanya akan sedikit membuat heboh.

"Saya tidak tahu siapa yang pertama kali menyebutnya supermoon," kata Tyson kepada radio StarTalk.

"Saya tidak tahu, tetapi jika Anda memiliki pizza 16 inci sekitar 40cm, apakah Anda menyebutnya pizza super jika dibandingkan dengan pizza 15 inci sekitar 38 cm?" ungkap Tyson.

Supermoon Fenomena Langka?

Seperti dilansir dari Space.com, astronom di Slooh Community Observatory, Bob Breman, mengatakan bahwa bulan purnama itu tak hanya menjadi supermoon yang terdekat dan tercerah selama 2016, tapi juga terbesar sejak 1948.

Untuk menyaksikan fenomena itu, Anda tak perlu menggunakan teleskop karena supermoon bisa disaksikan dengan mata telanjang. Dikutip dari Conde Nast Traveler, edisi 1 November 2016.

Untuk mendapatkan pemandangan terbaik, coba hindari polusi cahaya karena kecerahan Bulan dapat terhalang oleh lampu kota atau awan.

Bulan purnama terjadi setiap bulan ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam garis sejajar. Supermoon sendiri terjadi ketika bulan berada di titik perigee atau titik terdekat dengan bumi.

Pejabat NASA dalam sebuah pernyataan mengatakan, dengan dekatnya jarak tersebut bulan terlihat 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih cerah di langit.

Supermoon bukan merupakan peristiwa yang langka karena terjadi satu kali setiap 13 bulan, meskipun kita dapat melihat fenomena itu tiga kali berturut-turut pada akhir 2016.

Pada 13 Desember mendatang, supermoon terakhir akan menutup tahun 2016 meskipun tak sebesar dan seterang supermoon pada November.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya