Donald Trump Tunjuk Orang Dekatnya Jadi Kepala Staf Gedung Putih

Trump menunjuk dua anggota tim kampanyenya untuk menduduki jabatan strategis. Salah seorangnya adalah pengusaha media, Stephen Bannon.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 14 Nov 2016, 13:37 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2016, 13:37 WIB

Liputan6.com, Washington, DC - Proses transisi kekuasaan dari Presiden Barack Obama ke presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah dimulai. Setelah pertemuan keduanya beberapa waktu lalu, Trump kini sudah menunjuk beberapa orang dekatnya untuk mengisi sejumlah pos.

Trump memilih Reince Priebus untuk menjadi Kepala Staf Gedung Putih. Priebus adalah Ketua Komite Nasional Partai Republik dan penasihat setia kampanye Trump. Demikian seperti Liputan6.com kutip dari The New York Times, Senin, (14/11/2016).

The Wallstreet Journal menulis, terpilihnya Priebus tak lebih dari upaya Trump untuk melakukan pendekatan konvensional setelah ia "memberontak" semasa berkampanye. Priebus yang dinilai sebagai sosok politikus matang dinilai dapat menjembatani hubungan Trump dengan Ketua DPR, Paul Ryan, yang meski tak berseteru, tetapi juga tak bisa dikatakan harmonis.

Priebus dan Ryan yang sama-sama berasal Wisconsin diketahui merupakan teman baik.

Presiden terpilih AS itu juga menunjuk pengusaha media, Stephen Bannon, menjadi kepala strategi dan penasihat seniornya. Bannon sebelumnya menjabat sebagai kepala eksekutif kampanye Trump. Ia merupakan petinggi dari media konservatif, Breitbart News.

Stephen Bannon ditunjuk menjadi kepala strategi dan penasihat senior Trump (Reuters)

"Steve dan Reince adalah pemimpin berkualitas yang bekerja sama dengan baik dalam kampanye kami dan membawa kami ke sebuah kemenangan bersejarah. Sekarang, mereka berdua akan bersama saya di Gedung Putih untuk membuat Amerika berjaya kembali," ujar Trump dalam sebuah pernyataan seperti dilansir The Wallstreet Journal.

Terpilihnya Priebus sebagai kepala staf Gedung Putih merupakan penanda penting dalam "membangun" pemerintahan berikutnya. Priebus akan membantu mengatur proses transisi, sehingga memungkinkan Trump fokus untuk mengisi 15 pos di kabinetnya dan lebih dari ribuan pos lain yang harus disetujui Senat.

Penunjukan yang dilakukan Trump terhadap sejumlah orang untuk mengisi posisi-posisi tertentu ini diketahui lebih lambat dibanding yang dilakukan para presiden terpilih sebelumnya.

Presiden Obama, misalnya, mengumumkan penunjukan kepala stafnya dua hari setelah ia diketahui memenangkan kampanye pada 2008. Dalam tim transisi Trump, terdapat sebuah kelompok yang dikenal sebagai the landing team dan seharusnya nama-nama mereka telah diumumkan pada Jumat lalu agar mereka dapat memulai pemeriksaan terhadap sejumlah lembaga untuk memulai perubahan dalam pekan ini.

Namun, hal tersebut tertunda setelah Trump me-reshuffle kepemimpinan dalam tim transisinya. Penyebab lainnya yang membuat Trump sedikit lambat memulai proses transisi adalah ia dan timnya sendiri terkejut dengan hasil pilpres.

Sebuah sumber dari kubu Trump bahkan mengaku pihaknya tidak dapat fokus dalam 73 hari mendatang antara menunggu hasil pilpres resmi atau pelantikan. Menurut dia, Trump tak ingin merencanakan transisi sebelum ia meyakini dirinya benar-benar menang.

Selama pertemuannya dengan Obama di Gedung Putih, pihak Trump disebut sangat "terkejut" dengan atmosfer yang ada. Orang-orang terdekat Trump bahkan disebut-sebut baru menyadari bahwa seluruh staf presiden yang bekerja di West Wing harus diganti ketika jabatan Obama berakhir.

Sepanjang sejarah AS, Trump merupakan satu-satunya presiden terpilih AS yang tidak berpengalaman baik di bidang militer maupun politik dan hal tersebut disadari betul oleh Obama. Itulah kenapa ia berencana untuk meluangkan waktu lebih banyak dengan Trump dibanding yang pernah dilakukan para pendahulunya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya