Insiden Maut Rubuhnya Menara di Tiongkok, 13 Orang Ditangkap

Kantor berita Xinhua mengatakan, 68 dari 74 orang tewas telah diidentifikasi sejauh ini. Korban berusia mulai dari 23 hingga 53 tahun.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 25 Nov 2016, 18:36 WIB
Diterbitkan 25 Nov 2016, 18:36 WIB

Liputan6.com, Nanchang - Korban rubuhnya menara pendingin pembangkit listrik di China terus bertambah. Kini, sudah ada 74 orang yang meninggal dunia, dari sebelumnya 40 jiwa.

"Polisi juga menahan 13 orang," kata media pemerintah, Xinhua yang dikutip dari Reuters, Jumat (25/11/2016).

Kecelakaan mematikan relatif sering terjadi di lokasi industri di China, dipicu standar pembangunan yang tak dipatuhi. Insiden teranyar kian membuat warga marah. Pertumbuhan ekonomi cepat di Tiongkok selama 3 dekade ternoda oleh insiden mulai dari bencana di lahan tambang hingga kebakaran pabrik.

Kantor berita Xinhua mengatakan, 68 dari 74 korban tewas telah diidentifikasi sejauh ini. Di antaranya berusia 23 hingga 53 tahun.

Kecelakaan itu terjadi pada Kamis 24 November 2016 pagi di Fengcheng, Provinsi Jiangxi, dalam pembangunan menara pendingin untuk pembangkit listrik tenaga batu bara.

Surat kabar China Daily memberitakan, kecelakaan itu terjadi ketika sebuah menara crane runtuh, memicu runtuhnya seluruh platform konstruksi ketika, shift malam sedang berganti dengan tim pagi.

"Kami akan melakukan investigasi serius atas penyebab kecelakaan dan menangkap mereka yang bertanggung jawab," ujar Wakil Gubernur Jiangxi, Li Yihuang.

Perusahaan yang bertanggung jawab atas pembangunan itu, Jiangxi Ganneng Co, mengatakan, pihaknya tengah bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki kasus tersebut.

China Daily mengutip pernyataan perusahaan itu pada September lalu, yang mengkampanyekan kerja 100 hari untuk mempercepat pembangunan pabrik dan memanfaatkan hari dengan cuaca cerah.

People's Daily Online melaporkan bahwa Yang Huanning, kepala Administrasi Keselamatan Kerja Negara telah tiba di lokasi untuk mengawasi penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti.

Pemerintahan Huanning kemudian mengadakan pertemuan darurat dengan departemen di seluruh China, untuk mengambil pelajaran dari kecelakaan itu. Hal tersebut dilakukan guna membasmi bahaya tersembunyi dan menjamin keamanan masyarakat.

China akhirnya berjanji untuk memperbaiki catatan keselamatan kerja yang buruk.

Presiden Xi Jinping mengatakan, pihak berwenang memetik pelajaran dari insiden berdarah setelah ledakan kimia di kota pelabuhan Tianjin yang menewaskan lebih dari 170 orang tahun 2015 lalu.

Tak lama setelah ledakan, Yang Dongliang dipecat dari jabatannya sebagai Direktur Administrasi Keselamatan Kerja Negara dan kemudian dituduh korupsi.

Dia akhirnya mengaku selama persidangan pada Kamis 24 November, menerima suap dan hadiah senilai 28,5 juta yuan. Dia pun terancam sanksi hukum di masa depan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya