Kecelakaan Pesawat Klub Sepak Bola Brasil dan Tragedi Jurnalisme

Setidaknya ada 20 wartawan yang tewas dalam insiden mematikan pesawat jatuh yang terbang dari Bolivia menuju Kolombia itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Des 2016, 12:36 WIB
Diterbitkan 01 Des 2016, 12:36 WIB
Momen Evakuasi Korban LaMia Airlines Pengangkut Klub Brasil, Chapecoense
Regu penyelamat saat mencari korban diantara puing-puing pesawat LaMia Airlines yang terjatuh di areal hutan Kolombia, (29/11/2016). (Reuters/Fredy Builes)

Liputan6.com, Bogota - Kebangkitan klub sepak bola kecil asal Brasil, Chapecoense, berubah menjadi petaka dalam waktu singkat. Kecelakaan pesawat yang menewaskan hampir separuh pemain klub tersebut meninggalkan duka bagi banyak orang.

Tragedi itu tak hanya membawa kesedihan bagi tim kecil yang sedang menapaki masa puncak. Namun, nestapa juga terasa bagi dunia jurnalisme Brasil.

Setidaknya ada 20 wartawan yang tewas dalam insiden mematikan pesawat yang terbang dari Bolivia menuju Kolombia itu.

Para wartawan itu ikut terbang bersama di maskapai LaMia Bolivia LMI-2933 itu mengantar rombongan tim Chapecoense menuju Kota Medellin, untuk melawan Atletico Nacional dalam final Copa Sudamericana yang dijadwalkan pada Rabu 30 November 2016 waktu setempat.

Namun, mereka tak sampai tujuan. Pesawat yang mengangkut mereka jatuh di La Union, Antioquia, Kolombia. Dari 81 orang yang berada di dalam pesawat, 76 di antaranya tewas.

Hanya 6 orang yang selamat, termasuk wartawan Rafael Henzel yang kini dalam kondisi stabil setelah pembedahan.

Sementara itu 20 lainnya tewas. Diantaranya adalah, Renan Agnolin.

Renan adalah reporter bagi radio dan TV untuk meliput pertandingan klub kecil yang tengah melejit itu. Sang ayah, Luis Carlos mengatakan kepada media Brasil, "Ini adalah hari paling buruk dalam hidupku. Aku kehilangan anak lelakiku dengan cara demikian. Aku kehilangan dia, sementara dia melakukan pekerjaan yang ia cintai, jurnalisme." Demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (1/12/2016).

Presenter olah raga dari Fox Sport, Paulo Julio Clement yang memiliki pengalaman 25 tahun sebagai wartawan olah raga juga turut tewas. Clement yang tak pernah absen meliput Piala Dunia dari tahun 1994 hingga 2014 meninggalkan istri dan seorang anak laki-laki.

Sementara itu, Ari Junior, kameramen TV dengan pengalaman 25 tahun yang pernah meliput gempa Nepal juga turut jadi korban. Ia meninggalkan 4 orang anak.

Produser Globo TV, Guiherme Lars, yang kerap meliput Olimpiade juga salah satu korban tewas pesawat jatuh. Nahasnya, sang istri tengah mengandung anak ketiga.

Reporter Guilherme Marques disebut-sebut 'rising star' di Globo TV. Pada jumat 25 November ia baru saja merayakan ulang tahun ke 28.

Salah seorang wartawan ada yang juga penyintas kanker. Ia adalah Devair Paschoalon. Namun, kali ini nasib berkata lain. Ayah dari 2 anak perempuan itu harus tewas akibat kecelakaan pesawat tu.

Adapun wartawan lainnya yang turut jadi korban adalah Jacir Biavatti, Victorino Chermont,Douglas Dorneles, Edson Ebeliny, Laion Espindula, Gelson Galiotto, Rodrigo Santana Goncalves, Lilacio Junior Giovane Klein, Djalma Neto, Mario Sergio Paiva, Andre Podiacki, Fernando Schardong, dan Bruno Silva.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya