Kisah Penyelamatan 2 Bocah Indonesia dari Kecamuk Perang Suriah

Kedua bocah yang selamat dari perang Suriah bernama Mohammad Hilman, 3 tahun dan Muhanad Touja, yang masih berusia 4 tahun.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 02 Des 2016, 12:18 WIB
Diterbitkan 02 Des 2016, 12:18 WIB
Dua bocah Indonesia diselamatkan dari perang Suriah
Dua bocah Indonesia diselamatkan dari perang Suriah (Foto KBRI Damaskus)

Liputan6.com, Damaskus - Kedutaan Besar RI di Damaskus, Suriah kembali melakukan repatriasi terhadap 26 WNI yang berada di negara tersebut. Pemulangan ini merupakan gelombang ke-281.

Berbeda dengan pemulangan sebelumnya, dalam repratriasai ini terdapat dua orang bocah yang merupakan anak dari dua perempuan yang berbeda asal Indonesia.

Kedua anak ini bernama Mohammad Hilman (3 tahun) dan Muhanad Touja (4 tahun). Menurut Pejabat Pensosbud KBRI Damaskus, AM Sidqi, Hilman merupakan anak dari Nani Nuraeni binti Sail.

Nani datang ke Suriah pada Juni 2009. Ia masuk negara tersebut untuk bekerja sebagai TKI.

"Setelah kabur dari majikan aslinya pada Juni 2009, Nani ditampung oleh WN Suriah bernama Samer al-Bawab yang menjanjikan Nani untuk diantarkan ke Kedutaan. Bulan berganti bulan, Nani malah bekerja di kantor agen TKW ilegal Samer al-Bawab," sebut Sidqi dalam keterangan pers kepada Liputan6.com.

Pada 1 Mei 2013, Nani melahirkan Hilman. Anak ini merupakan buah cinta dari hubungan Nani dengan anak lelaki tertua Samer, Adnan al-Bawab.

Kelahiran Hilman dimanfaatkan Samer. Ia menjadikan anak tak berdosa ini sandera agar Nani mau dipekerjakan ke rumah-rumah orang secara bulanan di bawah pengawasan Samer.

"Samer mengancam jika Nani tidak menurut padanya, maka bayinya tidak akan selamat. Samer malah mempekerjakan Nani ke banyak majikan dengan sistem bulanan dan memotong setiap gaji Nani," ucap Sidqi.

Mengetahui kejadian ini, KBRI Damaskus segera bertindak. Bekerjasama dengan Kepolisian Trafficking Suriah, mereka berhasil memejarakan Semer dan komplotan penyelundup tenaga kerja wanita ilegal.

Namun, sempat terjadi sedikit masalah. Nani dan anaknya juga ikut ditangkap karena tidak memiliki paspor dan izin tinggal.

"Pada Juli 2016, KBRI berhasil menarik Nani beserta anaknya dari Pusat Penahanan Imigrasi ke shelter KBRI Damaskus," ujar Siddqi.

Kejadian hampir serupa pun menimpa, Sri Budi Setyowati Sudardi asal Makasar. Ia berangkat ke Aleppo Suriah sebagai TKW pada April 2003.

Menurut keterangannmya, ia berangkat dengan paspor palsu keluaran Kantor Imigrasi Jakarta Barat. Nama asli Sri Budi adalah Suwi Daeng Bau asal Makassar, tetapi dibuatkan paspor di Jakarta Barat dengan nama Sri Budi Setyowati Sudardi asal Surabaya.

Siddqi menerangkan, setelah bekerja selama lebih dari 7 tahun di Aleppo, pada 2010, Sri Budi alias Suwi berkenalan dan menikah dengan supir taksi bernama Muhammad Khoyawi.

"Sejak saat itu, Sri Budi alias Suwi tinggal bersama Muhammad Khoyawi dan dikaruniai anak bernama Touja yang lahir di Aleppo, 18 Oktober 2012. Di tengah kecamuk konflik yang melanda Aleppo, KBRI Damaskus menyelamatkan Sri Budi alias Suwi pada Juli 2016 ke shelter KBRI cabang Kota Aleppo," tambahnya.

"Setelah perjuangan panjang Kepolisian Suriah, sidang demi sidang di pengadilan, dan pengurusan dokumen keimigrasian, Nani Nuraeni binti Sail beserta anaknya Mohammad Hilman dan Sri Budi Setyowati Sudardi beserta anaknya Touja dapat dikeluarkan dari Suriah pada repatriasi gelombang ke-281," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya