Liputan6.com, Jakarta Presiden ke-45 Amerika Serikat terpilih Donald Trump melakukan pembicaraan dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Jumat 2 Desember 2016.
"Presiden terpilih Trump bicara dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen," demikian pernyataan tim transisi, seperti dikutip dari CNN, Sabtu (3/12/2016).
"Selama diskusi, keduanya membicarakan soal hubungan ekonomi, politik, dan keamanan yang erat antara Taiwan dan Amerika Serikat. Presiden terpilih Trump juga mengucapkan selamat pada Tsai atas terpilihnya beliau sebagai Presiden Taiwan awal tahun ini."
Apa yang dilakukan Trump adalah pembicaraan pertama antara pemimpin AS dan Taiwan, yang terang-terangan diungkap kepada publik sejak 1979 -- ketika Washington DC meresmikan hubungan diplomatik dengan China.
Langkah tersebut dinilai berpotensi memicu konfrontasi diplomatik dengan China. Sebab, Beijing menganggap, Taiwan adalah salah satu provinsinya yang 'membangkang'.
Apalagi, pemimpin saat ini Tsai Ing-wen berasal dari Democratic Progressive Party (DPP) yang dikenal memperjuangkan kemerdekaan Taiwan dari China.
Pembicaraan telepon tersebut, yang kali pertama dilaporkan Financial Times, dianggap berisiko membuat hubungan antara AS dan China di ambang ketidakpastian, sebelum Trump mengucap sumpah pada 20 Januari 2017 mendatang.
Menanggapi kabar tersebut, stasiun televisi pemerintah China, CCTV mengeluarkan pernyataan bahwa Trump, "telah membuat pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya terkait Kebijakan 'Satu China'."
Pernyataan tersebut juga mengungkapkan, belum ada reaksi dari Pemerintah China terkait pembicaraan telepon tersebut. "Tiongkok Daratan dengan tegas menentang kontak resmi dalam bentuk apapun antara Washington dan Taipei," tambah CCTV.
Sementara, Trump pada Jumat malam mengatakan bahwa pihak Taipei yang berinisiatif menghubunginya.
"Presiden Taiwan meneleponku hari ini untuk mengucapkan selamat atas kemenangan Pilpres. Terimakasih!," tulis Trump dalam akun Twitternya.
Sementara itu, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Ned Price mengatakan pembicaraan Trump tidak menandakan perubahan kebijakan AS.
"Kami tetap berkomitmen untuk kebijakan 'Satu China', '' kata dia.
"Kepentingan mendasar kami adalah menjalin hubungan damai dan stabil lintas-selat."
Masih terkait Taiwan, Donald Trump, menominasikan Elaine Chao (63) sebagai menteri transportasi di pemerintahannya kelak.
Perempuan kelahiran Taiwan tersebut adalah mantan menteri perburuhan di era George W. Bush pada 2001-2009.Perempuan itu juga merupakan Deputi Menteri Transportasi di kabinet Presiden Bush senior pada era 1989-1991.
Advertisement
"Catatan menunjukkan Chao memiliki kepemimpinan yang kuat dan keahliannya adalah aset berharga dalam misi kami untuk membangun kembali infrastruktur. Dia memiliki kisah hidup yang luar biasa dan telah membantu banyak rakyat AS dalam karier pelayanan publiknya," ujar Trump seperti dikutip dari The Guardian.