Liputan6.com, Washington, DC - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengambil langkah mengejutkan. Ia meminta agar pembelian pesawat kepresidenan, Air Force One, dibatalkan mengingat harganya yang terlalu mahal.
Trump juga mengkritik perusahaan multinasional yang merancang, memproduksi, dan menjual pesawat kepresidenan tersebut. Ia menilai harga yang dipatok Boeing terlalu tinggi.
"Boeing tengah membangun sebuah Air Force One 747 untuk presiden berikutnya, namun harganya di luar kontrol, lebih dari US$ 4 miliar. Batalkan pesanan!," cuit Trump melalui media sosial Twitter seperti dikutip dari The New York Times, Rabu (7/12/2016).
Advertisement
Kepada awak media di kediamannya di Trump Tower, ia mengatakan, "Harga pesawat itu benar-benar di luar kendali."
"Program Air Force One ini akan bernilai lebih dari US$ 4 miliar. Dan menurutku ini konyol. Aku pikir Boeing menaikkan angkanya. Kita ingin Boeing menghasilkan banyak uang, tapi tidak sebanyak itu juga," kata Trump.
Tak lama setelah Trump mencuit, Boeing merilis pernyataan. Namun sama sekali tidak menyinggung klaim Trump.
Perusahaan pesawat terbang raksasa AS itu menjelaskan, mereka memiliki kontrak senilai US$ 170 juta untuk mempelajari berbagai peralatan yang diperlukan demi mendesain ulang Air Force One.
"Kami menantikan kerja sama dengan Angkatan Udara AS dalam tahap berikutnya, sehingga memungkinkan bagi kami untuk memberikan pesawat terbaik bagi presiden AS dan hasil terbaik bagi wajib pajak AS," sebut Boeing.
Pemerintah AS memiliki kontrak dengan Boeing untuk membangun dua atau lebih pesawat baru. Rencananya burung-burung besi ini akan mengudara sekitar tahun 2024.
Cuitan Trump tersebut ternyata membawa dampak terhadap Boeing. Sesaat setelahnya, saham manufaktur pesawat raksasa asal AS itu turun lebih dari 1 persen. Namun kejadian ini tak berlangsung lama.
Sementara Trump berkoar-koar di Twitter, Gedung Putih mempertanyakan pernyataannya. Sekretaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest mengatakan, "angka yang disinggung Trump tidak mencerminkan sifat dari perjanjian antara Boeing dengan Kementerian Pertahanan."
Pejabat Angkatan Udara AS mengatakan mereka telah mengusulkan untuk menghabiskan dana sebesar US 2,7 miliar selama lima tahun ke depan untuk meneliti, mengembangkan, dan uji coba teknologi komunikasi serta sistem canggih lainnya yang akan diaplikasikan di Air Force One.
Selanjutnya AU akan membeli dua pesawat tipe 747-8 di mana harga normalnya akan berkisar antara US$ 350 juta hingga US$ 400 juta untuk masing-masing pesawat. Harga tersebut sudah termasuk pengaplikasian seluruh sistem baru dan penambahan bobot ekstra.
Langkah Mengejutkan
Meski apa yang dilakukannya tersebut menyedot perhatian publik, namun ada hal lain yang juga disoroti. Karena untuk pertama kalinya sejak era Presiden John F. Kennedy, seorang pemimpin berkonfrontasi langsung dengan sebuah perusahaan.
Presiden Barack Obama pernah mengkritik Wall Street dan industri keuangan pasca ambruknya Lehman Brothers pada tahun 2008. Namun ia tidak menunjuk perusahaan secara pribadi.
Sebelum menyerang Boeing, Trump telah lebih dulu telah meminta Carrier dan perusahaan induknya, United Technologies untuk tetap "menjaga" 1.000 perusahaan manufaktur di Indiana. Ia juga sempat mengomentari pabrikan Ford di Kentucky.
Para analis penerbangan mengatakan, langkah Trump mengkritik Boeing adalah hal konyol.
"Ini semakin konyol, ketika sebuah kebijakan penting dan keputusan akuisisi dibuat di Twitter," ujar Richard L. Aboulafia, seorang konsultan penerbangan.
Hal mengejutkan lainnya yang melibatkan Trump juga terjadi. Pada Selasa sore bertempat di Trump Tower, miliarder Jepang, Masayoshi Son mengumumkan bahwa perusahaan konglomerat teknologi SoftBank Group akan berinvestasi senilai US$ 50 miliar di Negeri Paman Sam.
Dalam kesempatan tersebut, Son menyebut Trump sebagai "pria hebat di dunia industri."
Berkaitan dengan Air Force One, Trump disebut harus memahami bahwa sebagai presiden AS ia tidak lagi dapat menggunakan pesawat pribadinya, Boeing tipe 757. Air Force One tidak hanya memiliki kenyamanan, namun juga keamanan berstandar tinggi.
Burung besi itu memiliki berbagai peralatan komunikasi rahasia untuk menjalankan tugas-tugas presiden di tengah krisis global bahkan dalam situasi perang. Sistem komunikasi di Air Force One yang saat ini digunakan dirancang pada 1980-an.
Kelak, pesawat baru akan menggabungkan beberapa kemajuan, tentu termasuk pula sistem pertahanan. Burung besi tersebut juga membutuhkan sistem yang sangat rahasia demi melindungi presiden dan ini tidak akan pernah dibahas oleh Angkatan Udara AS.
Namun dari proposal helikopter kepresidenan baru dapat diketahui bahwa Air Force One dilengkapi teknologi untuk membantu mencegah serangan teroris dan melawan efek elektromagnetik dari ledakan nuklir.
"Trump dapat menghilangkan beberapa fitur untuk memangkas biaya. Namun tidak bicara tentang kebijakan penting ini di Twitter," kata Aboulafia.
Sejumlah senator asal Partai Demokrat yang mendukung pembelian Air Force One ini mengomentari pernyataan Trump.
"Menggantikan Air Force One yang telah berusia 26 tahun akan mendukung terlaksananya pekerjaan yang lebih baik di seluruh negeri dan memastikan keselamatan serta keamanan presiden di masa depan," kata Senator Patty Murray, Senator Maria Cantwell dan Rick Larsen dalam sebuah pernyataan bersama.
Advertisement