Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Terkuak, Arti di Balik Lukisan Erotis PSK 2.000 Tahun Lalu

Lukisan-lukisan erotis yang ada diduga berfungsi sebagai daftar jenis layanan yang ditawarkan oleh para pekerja seks (PSK) di sana.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 08 Des 2016, 18:12 WIB
Diterbitkan 08 Des 2016, 18:12 WIB
Pompeii brothel (0)
Suasana jalan yang membelah kawasan lampu merah di Pompeii. (Sumber pilloledistoria.it)

Liputan6.com, London - Lukisan-lukisan dinding dalam rumah bordil Pompeii mengungkapkan kegiatan percintaan warga Italia pada masa lalu. 

Dinding yang dikenal dengan 'Lupanar Pompeii' tersebut dihiasi dengan lukisan-lukisan berusia beberapa abad yang menampilkan adegan-adegan seks.

Rumah seks itu dulunya menjadi tempat pergaulan para pengusaha dan politisi kaya sebelum kota itu lenyap ditimbun debu letusan gunung berapi pada 79 M.

Menurut para peneliti, lukisan-lukisan erotis yang ada menggambarkan seks berkelompok dan kegiatan lain yang diduga sebagai jenis layanan yang ditawarkan oleh para pekerja seks di sana.

Lupanar Pompeii berada di pusat kota dan menjadi kawasan lampu merah pada masanya. Rumah bordil Romawi Purba itu sebenarnya telah ditemukan pada Abad ke-19.

Dikutip dari Daily Mail pada Kamis (8/12/2016), temuan itu sempat ditutup, tapi kemudian dibuka lagi untuk umum pada Oktober 2006. Rumah bordil itu bukan yang paling mewah ataupun paling penting di antara retuntuhan Pompeii, tapi menjadi yang paling sering dikunjungi wisatawan dari seluruh dunia.

Pekerja seks di tempat itu tidak semuanya wanita. Kaum pria, terutama bekas budak, juga menjual diri mereka di sana, baik untuk pelanggan wanita maupun pria.

Kehidupan erotis para pekerja seks Pompeii baru-baru ini dijelaskan oleh profesor Kelly Olson dari Western University London, Provinsi Ontario, Kanada.

Ia fokus pada peran kaum wanita dalam masyarakat Romawi dan dugaan seksualitas yang buka-bukaan dalam banyak lukisan dan patung.

Profesor Studi Klasik itu berkelana ke kota purba tersebut pada bulan lalu sebagai narasumber dalam program 'The Nature of Things' oleh CBC di Kanada.

(Sumber Wikimedia)

Kondisi Kerja yang Buruk

Bicara soal rumah bordil purba di Pompeii, ia berujar, "Itu bukan tempat kerja yang menyenangkan."

Katanya kepada CBC, "Tempatnya sangat kecil dan kamar-kamarnya gelap serta tidak nyaman. Kaum pria beristri boleh tidur dengan siapapun asalkan bukan istri orang lain."

Sebaliknya, "Kaum wanita bersuami dilarang melakukan seks dengan yang lain."

Bangunan tersebut terletak di distrik tertua Pompeii. Jalanan dua arah yang membelah kawasan dulunya dipenuhi dengan penginapan-penginapan kecil.

Ketika memasuki bangunan, para pengunjung disuguhi dengan lukisan erotis yang dilukiskan pada dinding dan langit-langit. Dalam setiap lukisan, ada pasangan yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan seks yang berbeda.

Menurut para ahli sejarah, lukisan itu bukan sekedar menjadi dekorasi, tapi sebagai katalog yang memberi perincian kekhusuan para pekerja seks di tiap ruang.

Para budak--pria dan wanita--dibawa dari Yunani dan negeri-negeri lain di bawah kekuasaan Romawi. Mereka menjadi tulang punggung kegiatan di sana.

Situs yang termasuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO ini dipandang penting karena, tidak seperti rumah-rumah bordil lain di Pompeii pada masanya, Lupanar Pompeii dibangun khusus untuk urusan prostitusi, bukan yang lain.

Dinding-dinding penuh dengan corat-coret oleh pelanggan dan pekerja. Para peneliti telah menemukan 120 kalimat yang diukirkan, termasuk nama pelanggan dan pegawai 2.000 tahun lalu.

Banyak corat-coret yang berbunyi mirip dengan apa yang tertulis dalam kamar mandi masa kini, misalnya sesumbar kaum pria tentang kekuatan kejantanan mereka.

Di lantai atas bangunan ada 5 kamar, masing-masing dengan balkon tempat para wanita pekerja seks memanggil-manggil para pelanggan di jalan di bawah.

(Sumber pinterest.com)

Seperti halnya aturan Romawi Kuno, para peneliti menduga pekerja seks Pompeii diwajibkan untuk secara legal mendaftarkan lisensi, membayar pajak, dan tunduk para aturan yang berbeda daripada kaum wanita Pompeii biasa.

Misalnya, ketika sedang berada di jalanan, wanita pekerja seks Pompeii wajib untuk selalu mengenakan pakaian tertentu, yaitu mantel coklat kemerahan dan mewarnai pirang rambut mereka.

Bukan hanya itu, para pekerja seks dibedakan dalam beberapa tingkatan (kelas) berdasarkan tempat mereka bekerja dan jenis pelanggan yang dilayani.

Walaupun situs seks bersejarah itu sudah lama 'tutup', hal tersebut tidak menghalangi para pelancong untuk mencoba menghidupkan lagi kegiatan di sana.

Pada 2014, tiga orang pelancong dari Prancis ditangkap karena menerobos situs rumah bordil itu pada malam hari untuk bersenang-senang secara seksual.

Seorang pria Prancis bersama dengan 2 wanita Italia, semuanya berusia antara 23 hingga 27 tahun, diduga menerobos Pemandian Suburban untuk memenuhi khayalan mereka di dalam bekas rumah bordil yang masih berhiaskan lukisan-lukisan dinding kegiatan seks.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya