Sokong Perang Narkoba Duterte, China Bantu Senjata Rp 188 Miliar

Tawaran China ini datang setelah seorang senator AS mengancam akan memblokir penjualan senjata ke Filipina.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 21 Des 2016, 19:40 WIB
Diterbitkan 21 Des 2016, 19:40 WIB
Presiden Rodrigo Duterte disambut Presiden Xi Jinping dalam lawatannya ke Beijing
Presiden Rodrigo Duterte disambut Presiden Xi Jinping dalam lawatannya ke Beijing (Reuters)

Liputan6.com, Manila - Hubungan bilateral Filipina dengan China terjalin kian 'mesra'. Belum lama ini Beijing menawarkan bantuan cuma-cuma berupa peralatan militer senilai US$ 14 juta atau setara dengan Rp 188 miliar ke Manila demi melancarkan perang terhadap narkoba dan terorisme yang digalakkan Presiden Rodrigo Duterte.

Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana. Penawaran tersebut disampaikan oleh Duta Besar Tiongkok untuk Filipina, Zhao Jianhua ketika bertemu dengan Duterte pada senin malam di istana kepresidenan.

Lorenzana menambahkan, Beijing juga telah mempersiapkan pinjaman lunak jangka panjang senilai US$ 500 juta untuk peralatan lainnya.

"China telah memberikan kita daftar peralatan militer dan kami akan mencermatinya untuk mencari tahu peralatan apa yang kami butuhkan," kata Lorenzana usai memberikan hadiah Natal bagi tentara yang terluka di Manila seperti dilansir Reuters, Rabu (21/12/2016).

"Kami mungkin akan mendapatkan beberapa senjata kecil, kapal cepat dan teropong malam karena jumlah US$ 14,4 juta itu tidak banyak. Kami akan menyelesaikan kesepakatan sebelum akhir tahun dan tim teknis kami akan ke sana untuk melihat langsung peralatannya," imbuhnya.

Lebih lanjut Lorenzana mengatakan, pihaknya berharap dapat menerima bantuan berupa peralatan militer itu pada kuartal kedua tahun depan.

"Dubes China mengatakan kepada Presiden Duterte, 'Saya tahu masalah Anda adalah narkoba, jadi kami ingin membantu'," jelas Lorenzana.

Tawaran bantuan China ini mencuat setelah seorang senator Amerika Serikat (AS) mengatakan ia akan memblokir penjualan 26.000 senapan ke Filina. Ini dipicu kekhawatiran akan terjadinya pelanggaran HAM. Pemimpin perusahaan, Norinco, pabrikan senjata China, disebut telah bertemu Duterte pada awal bulan ini.

Enam bulan lalu, tepatnya ketika Filipina masih dipimpin Benigno Aquino III, hubungan negara itu dengan Tiongkok diwarnai ketegangan. Pasalnya, Manila mengajukan gugatan ke Pengadilan Arbitrase di Den Haag, Belanda terkait klaim Beijing atas seluruh wilayah Laut China Selatan.

Kasus tersebut dimenangkan Filipina. Namun kondisi berbeda jauh ketika Duterte menjabat sejak 1 Juli 2016. Ia "memutar haluan" kebijakan luar negeri Filipina, menjauhkannya dari sekutu lama, AS dan memilih merapat ke China.

Dalam kunjungan kenegaraan Duterte ke Tiongkok pada Oktober lalu, kedua negara dikabarkan menandatangani perjanjian dagang dan investasi senilai US$ 24 miliar.

Washington yang merupakan eks kolonial dan mitra keamanan Manila selama hampir dua dekade terakhir telah memasok persenjataan ke Filipina. Pada tahun 2002 saja, Negeri Paman Sam telah memberikan bantuan peralatan militer senilai US$ 800 juta.

Sementara tahun lalu, Manila mendapat sokongan peralatan militer senilai US$ 82 juta.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya