Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah peristiwa mewarnai sepanjang tahun 2016. Mulai dari perang, serangan teror, konflik bersenjata, pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang fenomenal, mundurnya beberapa pemimpin negara, hingga kematian sejumlah tokoh dunia.
Mereka yang tutup usia tercatat mulai dari musisi, eks sekretaris jenderal PBB, petinju legendaris, presiden, bahkan raja. Kematian para tokoh dunia ini menjadi sorotan media massa dunia dan diberitakan secara masif selama berhari-hari.
Berikut sejumlah tokoh ternama ternama dunia yang mangkat pada tahun 2016:
1. David Bowie
Awal tahun 2016 dibuka dengan kabar duka, meninggalnya David Robert Jones atau yang lebih dikenal dengan nama panggung David Bowie. Penyanyi dan musisi asal Inggris tersebut menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu 10 Januari.
Ia berpulang pada usia 69 tahun setelah 18 bulan berjuang melawan kanker yang dideritanya. Kabar duka ini pertama kali disampaikan melalui akun media sosial resmi miliki Bowie.
"David Bowie meninggal dunia dalam damai dengan dikelilingi keluarganya hari ini setelah berjuang 18 bulan melawan kanker. Sementara banyak dari Anda yang akan berbagi tentang kepergian ini, tetapi kami meminta kepada kalian semua agar menghormati privasi keluarga selama waktu berkabung," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Bowie terakhir kali tampil di atas panggung di Hurricane Festival di Scheebel, Jerman, pada tahun 2004 lalu. Kala itu ia sedang mempromosikan album barunya 'Reality'. Tiba-tiba saja ia merasakan sakit di dada.
Rocker pelantun hits The Man Who Sold The World tersebut tak lama kemudian didiagnosa menderita penyakit jantung koroner.
Sejumlah lagu-lagunya seperti Space Oddity dan Starman sangat terkenal pada era akhir 1960-an dan awal 1970-an, membuat namanya berada di papan atas percaturan musik dunia. Pencapaian tersebut terus dipertahankannya hingga ia menghembuskan nafas yang terakhir.
Sesuai dengan surat wasiatnya, jasad musisi yang sudah "menelurkan" 25 album itu dikremasi dan abu jasadnya disebar di Pulau Bali. Album terakhirnya dirilis pada 8 Januari 2016, tepat di hari ulang tahunnya.
2. Boutros Boutros-Ghali
Eks Sekretaris Jenderal PBB, Boutros Boutros-Ghali meninggal dunia di usia 93 tahun pada 16 Februari. Kabar kematian diplomat Mesir itu disampaikan oleh Rafael Dario Ramirez Carreno, Presiden Dewan Keamanan PBB.
Boutros-Ghali terlahir dari keluarga terpandang dengan latar belakang Kristen Koptik Mesir pada 14 November 1922. Ayahnya adalah mantan menteri keuangan sementara sang kakek adalah mantan perdana menteri Mesir.
Pria yang menjabat sebagai Sekjen PBB pada periode 1992-1996 ini menamatkan kuliahnya di jurusan hukum Cairo University pada tahun 1946. Kemudian ia melanjutkan jenjang pasca-sarjananya di Sorbonne, Prancis dan Columbia University di New York.
Ketika menjabat sebagai Sekjen PBB, Boutros-Ghali mengorganisir operasi bantuan ke Somalia terkait kelaparan yang melanda negara itu. Namun di lain sisi, ia dikritik karena dianggap kurang tanggap pada peristiwa Genosida Rwanda tahun 1994.
Sosoknya juga dinilai tidak cakap melakukan intervensi PBB dalam perang sipil Angola di tahun 1990-an. Boutros-Ghali disebut mengincar periode kedua Sekjen PBB, namun gagal karena diveto Amerika Serikat sebagai anggota tetap Dewan Keamanan. Negeri Paman Sam mengkritiknya karena menolak pemotongan anggaran PBB.
Advertisement
3. Prince
Penyanyi legendaris sekaligus yang dikenal sebagai bintang pop dunia, Prince, meninggal dunia pada 21 April di usianya yang ke-57 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di kediamannya di Minnesota, AS.
"Dengan rasa duka mendalam, saya membenarkan sang legenda, Prince Rogers Nelson, meninggal dunia di kediamannya, Paisley Park, pagi ini pada usia 57 tahun," kata Juru Bicara Prince, Yvette Noel-Schure.
Selama berkarier di dunia musik, Prince telah meraih tujuh penghargaan Grammy. Selain itu, sosoknya juga tercatat masuk nominasi ajang yang sama sebanyak 30 kali.
Lima dari lagu Prince merajai tangga lagu internasional untuk kurun waktu yang lama. Sedangkan 14 lagu Prince juga menjadi langganan Top-10. Prince pernah meraih penghargaan Oscar untuk kategori musik terbaik dalam film Purple Rain.
Penyebab kematiannya terkuak pada Juni lalu. Ia meninggal akibat overdosis fentanil, salah satu jenis obat tidur sintetis yang 80 kali lebih kuat dari morfin dan ratusan kali lebih kuat dari heroin.
4. Muhammad Ali
Legenda tinju dunia, Muhammad Ali wafat di usia 74 tahun pada 3 Juni 2016. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di sebuah rumah sakit di Phoenix, Arizona, AS setelah sempat berjuang melawan penyakit komplikasi pernapasan, kondisi kompikasi yang disebabkan oleh parkinson yang dideritanya.
Mantan juara dunia kelas berat ini menderita parkinson tiga tahun setelah pensiun pada 1981. Dan kondisi Ali semakin menurun dalam dua tahun terakhir.
Ali dilaporkan terakhir kali tampil di muka publik pada acara 'Celebrity Fight Night' di Arizona pada April 2016. Kala itu, ia hadir demi kegiatan sosial untuk Muhammad Ali Parkinson Center.
Pria yang terlahir dengan nama asli Cassius Marcellus Clay itu dimakamkan sesuai dengan Islam, agama yang sejak tahun 1964 diyakininya. Pemakaman dilakukannya di kampung halamannya di Louisville, Kentucky.
Cave Hill Cemetery, sebuah pemakaman tua bersejarah dan eksklusif yang indah dan hening di Louisville, Kentucky kini menjadi "rumah" baru bagi sang legenda tinju.
Pemakamannya sempat menimbulkan kontroversi karena baru dilakukan beberapa hari pasca-kematiannya. Jika merujuk pada ajaran Islam maka penguburannya harus disegerakan.
Namun saat itu pihak keluarga meyakinkan bahwa prosesi jenazah dan pemakaman Muhammad Ali akan dilangsungkan dalam sebuah upacara besar antar iman namun dalam tradisi Islam. Ini dimaksudkan untuk "memungkinkan siapapun dari seluruh dunia mengucapkan selamat tinggal."
Ali hingga kini masih dianggap sebagai petinju kelas berat terhebat sepanjang sejarah. Mendapat julukan 'The Greatest,' ia pensiun setelah mencatat rekor 56 kali kemenangan dan 5 kali kalah.
Advertisement
5. Islam Karimov
Tanggal 2 September menjadi hari berkabung bagi Uzbekistan. Pasalnya, Islam Karimov, presiden yang telah berkuasa selama lebih dari 27 tahun itu meninggal dunia.
Pemerintah Uzbekistan memastikan kabar kematian Karimov, enam hari setelah ia dilarikan ke rumah sakit atas dugaan pendarahan di otak. Secara resmi, berita duka ini disampaikan oleh stasiun televisi pemerintah.
Sebelum diumumkan secara resmi, kabar kematiannya sempat beredar luas dan simpang-siur. Publik membutuhkan waktu cukup lama untuk mendapat kepastian.
Selama 27 tahun berkuasa, mendiang Karimov meninggalkan warisan yang menuai kecaman pada satu sisi dan pujian di sisi lain. Kelompok pegiat HAM mengatakan Karimov menekan kubu oposisi selama berkuasa, namun para pendukungnya menganggap Uzbekistan berada dalam kondisi stabil saat dia memimpin.
Presiden Karimov diketahui terakhir kali muncul di hadapan publik pada 17 Agustus lalu. Ia dijadwalkan kembali akan tampil pada 1 September dalam rangka menandai peringatan 25 tahun kemerdekaan Uzbekistan dari Uni Soviet, namun tanpa penjelasan peristiwa itu batal digelar.
6. Shimon Peres
Tokoh dunia lainnya yang berpulang pada bulan September tepatnya pada tanggal 28 adalah, Shimon Peres, eks perdana menteri dan presiden ke-9 Israel. Pria kelahiran Polandia, 2 Agustus 1923 itu meninggal dunia pada usia 93 tahun.
Dua minggu sebelum kepergiannya, salah tokoh politik paling berpengaruh di Israel itu dikabarkan mengalami stroke. Ia menghembuskan napas terakhir di sebuah rumah sakit di dekat Tel Aviv setelah kondisi kesehatannya menurun secara drastis.
Mendapat sorotan tajam di dalam negeri, namun di luar negeri Peres malah menuai pujian. Ini terkait, inisiatifnya untuk memulai perundingan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 1993.
Niatannya itu membuat Peres diganjar Nobel Perdamaian. Ia menerima penghargaan tersebut pada 1994 di Oslo, Norwegia.
Sosok Peres kerap dihubungkan dengan berdirinya Israel modern dan meninggalkan banyak jejak dalam sejarah singkat negara itu. Ia juga menjadi salah satu tokoh paling populer di Israel.
Kepergian Peres bahkan sempat membuat Palestina-Israel "berdamai" untuk sesaat. Tepat pada hari pemakamannya, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dengan didampingi sejumlah delegasi tinggi lainnya hadir untuk mengekspresikan rasa duka cita mendalam.
Setibanya Abbas di lokasi pemakaman, ia disambut oleh Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. Keduanya tertangkap kamera berjabat tangan. Kunjungan terakhir Abbas ke Yerussalem terjadi pada 2010 lalu.
"Sudah sangat lama, sangat lama..." ujar Abbas kepada Netanyahu seperti dilansir The Guardian.
Lantas, Netanyahu membalas sapaan Abbas dengan mengatakan, "Terima kasih sudah datang. Atas nama rakyat dan pemerintah Israel kami sangat menghargai kedatangan ini."
Presiden ke-42 AS, Bill Clinton memuji Peres sebagai pemimpin yang telah 'menghancurkan kemunduran' dalam politik, perdamaian, dan 'membangkitkan kemungkinan akan setiap hari baru'.
"Ia menumbuhkan hatinya jauh lebih besar dibanding otaknya...," kata Clinton.
Advertisement
7. Bhumibol Adulyadej
Thailand hingga kini masih diliputi suasana duka atas kematian Yang Mulia Raja Bhumibol Adulyadej. Ia meninggal dunia pada 13 Oktober di usia ke-88 tahun.
"Raja berpulang dalam damai pada pukul 15.52 di Rumah Sakit Siriraj di Bangkok," demikian pernyataan yang dikeluarkan pihak Kerajaan Thailand, seperti dikutip dari The Guardian.
Raja Bhumibol memimpin negerinya selama 70 tahun, melewati masa-masa sulit Perang Dingin dan konflik dengan sejumlah negara tetangga, Laos, Vietnam, dan Kamboja.
Ia juga memimpin rakyatnya melewati sejumlah pergolakan, termasuk kudeta militer pada Mei 2014 lalu -- yang ke-12 sejak berakhirnya monarki absolut pada 1932.
Bhumibol naik takhta pada 9 Juni 1946 menggantikan sang kakak, Raja Ananda Mahidol. Kala itu ia berusia 19 tahun dan tercatat menjadi raja ke-9 dari Dinasti Chakri atau dijuluki pula Raja Rama IX.
Ia berkuasa selama 70 tahun. Dan sepanjang monarkhi Thailand, sosok Bhumibol disebut sebagai satu-satunya raja terpopuler di kalangan rakyatnya.
Raja Bhumibol meninggalkan seorang istri, Ratu Sirikit dan empat orang anak. Mereka adalah putra mahkota, Pangeran Maha Vajiralongkorn, Putri Ubol Ratana, Putri Maha Chakri Sirindhorn, dan Putri Chulabhorn Walailak.
Kini, Negeri Gajah Putih itu telah memiliki raja baru, Maha Vajiralongkorn. Ia bergelar Raja Rama 10 atau dengan kata lain raja ke-10 dari Dinasti Chakri.
Namun secara resmi, ia baru bisa dinobatkan setelah kremasi sang ayah yang akan berlangsung tahun depan.
8. Fidel Castro
Kabar duka "menghantam" Kuba pada 25 November lalu menyusul kepergian sang pemimpin revolusi, Fidel Castro untuk selama-lamanya. Ia mangkat di usia 90 tahun.
"Panglima revolusi Kuba telah meninggal dunia pada pukul 22:29 malam ini (waktu setempat)," kata Presiden Kuba, Raul Castro.
Castro memerintah Kuba hampir kurang lebih setengah abad. Kekuasaannya berakhir setelah ia menyerahkan komando kepemimpinan kepada sang adik, Raul Castro pada tahun 2008.
Bagi para pendukungnya, Castro adalah pahlawan. Pasalnya, lewat jasanya dalam revolusi komunis, ia mengembalikan kekuasaan Kuba kepada rakyatnya.
Namun bagi lawan politik dan penentangnya, Castro tak ubahnya seorang diktator. Ia memerintah dengan tangan besi dan represif.
Tak hanya itu, ia pun dilabeli sebagai salah satu penentang nomor satu Amerika Serikat (AS).
Alasannya sangat jelas. Dulunya, Kuba merupakan mitra dekat AS, bahkan beberapa kelompok menyebut Negeri Paman Sam mengambil banyak keuntungan dari tangan Kuba.
Namun, semua anggapan tersebut diubah Castro saat ia naik jadi Presiden. Dari mulanya teman, Kuba mengubah dirinya jadi lambang perlawanan dunia atas Washington. Oleh sebab itu, Castro harus menerima tantangan besar. Ia menjadi sasaran pembunuhan utama dari Amerika Serikat dan dunia Barat.
Hal ini pertama kali diungkapkan mantan Pengawal Castro, Fabian Escalante. Tugas utama pria itu adalah untuk menjaga Castro tetap hidup.
"Ada sekira 638 upaya pembunuhan yang mengancam hidup Castro," sebut Escalante seperti dikutip dari The Guardian.
Cara untuk membunuh Castro bermacam-macam. Mulai dari menaruh bahan peledak di cerutu, meletakan jamur mematikan di baju selam, hingga menyediakan suntikan beracun. Percobaan pembunuhan ini pun telah dimulai sejak revolusi komunis Kuba dimulai pada 1959 hingga sampai era 2000-an awal.
Escalante mengatakan, begitu banyak upaya pembunuhan terhadap Castro dilakukan hanya karena satu alasan, yakni Castro telah memerintah begitu lama. Sampai saat ini, AS dan badan intelijennya sama sekali tidak mau mengakui soal upaya pembunuhan terhadap Fidel Castro.
Akhir hidup Castro akhirnya tidak terjadi seperti yang diharapkan musuh-musuhnya. Ia meninggal dunia karena sakit.
Saksikan juga video berikut ini:
Advertisement