Tinggal di Prancis, Penjual Sabun Asal Aleppo Tetap Jaga Tradisi

Harastani mengaku melalui sabun, ia ingin mencoba memelihara tradisi di kampung halamannya di Aleppo.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Des 2016, 20:00 WIB
Diterbitkan 26 Des 2016, 20:00 WIB
Constantini dan Harastani dengan sabun produksi mereka
Constantini dan Harastani dengan sabun produksi mereka (Reuters)

Liputan6.com, Paris - Merawat tradisi tak harus di tanah kelahiran, bisa dilakukan di mana saja. Ungkapan itulah yang menggambarkan upaya Hassan Harastani, seorang pembuat sabun asal Kota Aleppo, Suriah.

Harastani meninggalkan Suriah pada tahun 2012. Ia angkat kaki setelah pabrik tepat dia bekerja dibom.

Tujuan pertamanya kala itu, Lebanon. Namun dua tahun kemudian ia pindah ke Prancis, memenuhi undangan seorang dokter keturunan Prancis-Suriah, Samir Constantini yang sejak lama telah mengimpor sabun asal Aleppo tersebut.

Kini, Harastani mencoba peruntungannya dengan membuka sebuah toko sabun di pinggiran Kota Paris tepatnya di Angers. Hal tersebut dilakukannya demi "menghidupkan kembali tradisi yang telah berlangsung sejak ribuan tahun."

"Di Aleppo, jenis sabun seperti ini telah diproduksi mungkin sekitar 3.000 tahun lalu," kata Harastani yang memberi nama sabun dagangannya Alepia seperti dikutip dari Reuters, Senin (26/12/2016).

Menurut penjelasan Harastani, sabun itu terbuat dari minyak zaitun, minyak laurel, air, dan sodium hydroxide yang ditambahkan untuk mengeraskan semua campuran.

Setelah mengeras, sabun akan dipotong secara manual dan dibiarkan mengering selama tiga tahun. Sebelum akhirnya dijual per batang dengan berat sekitar 200 gram.

"Aleppo kini diserang, orang-orang hidup di jalanan, mereka tak punya rumah...Inilah jalan bagi kami untuk terus melanggengkan tradisi," kata Constantini.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya