Liputan6.com, Ankara - Mevlut Mert Altintas beraksi bak James Bond di sebuah galeri seni di Ankara, Senin 19 Desember 2016 waktu setempat. Ia yang mengenakan stelan jas lengkap menembak Duta Besar Rusia untuk Turki, Andrey Karlov dari belakang.
Kala itu sang duta besar sedang memberikan sambutan dalam pembukaan pameran. Dugaan sementara, polisi anti huru hara berusia 22 tahun itu terkait organisasi FETO yang dikaitkan dengan Fethullah Gulen. Namun, belakangan muncul teori baru, Altintas diduga dikendalikan seorang perempuan.
Baca Juga
Seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (1/1/2017), pelaku diduga punya hubungan asmara dengan seorang perempuan Rusia.
Advertisement
Tak hanya itu, menurut laporan yang dimuat media Turki, Hurriyet, perempuan tersebut diduga diumpan badan intelijen Barat untuk 'mencuci otak' Altintas.
Perempuan, yang meninggalkan Ankara sebelum penembakan terjadi telah diinterogasi aparat Rusia.
"Perempuan itu mengaku punya hubungan dengan pembunuh," demikian dilaporkan Hurriyet, tanpa mengungkapkan bukti.
Media tersebut menyebut, perempuan misterius itu bisa jadi diumpan intelijen Barat atau teroris yang bekerja untuk Fetullah Terrorist Organization (FETO) -- yang disebut sebagai penentang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Koran itu juga menyebut, bisa jadi perempuan tersebut ada kaitannya dengan mafia.
"Sangat penting untuk memahami siapa wanita ini -- dari intelijen, FETO, atau mafia," demikian laporan Hurriyet, yang kemudian disebarluaskan oleh media Rusia.
Dugaan hubungan Altintas dengan perempuan misterius berdasarkan pembayaran yang dilakukan pelaku penembakan untuk 'kekasihnya' itu.
Namun Hurriyet berspekulasi, Altintas mungkin juga dibujuk untuk membunuh.
"Perempuan Rusia itu bisa jadi staf intelijen Barat," demikian dilaporkan Hurriyet. "Menggunakan seksualitasnya dia mungkin telah menjalin hubungan dengan seorang pembunuh Turki yang kemudian diarahkan untuk bunuh diri."
Kakak Altintas, Seher Ozeroglu, dilaporkan menduga adiknya diarahkan oleh seseorang untuk membunuh diplomat senior Rusia berusia 62 tahun.
Sosok itu, 'pria bayangan' yang dikenal sebagai 'S' diduga beberapa kali ditemui Altintas di Ankara.
Pemerintah Rusia kini bekerja sama dengan koleganya di Turki untuk menguak dalang di balik pembunuhan dubesnya -- terutama menguak fakta bahwa Altintas bisa melakukan pembunuhan dengan menunjukkan identitasnya sebagai polisi untuk masuk ke galeri.
Seorang pejabat senior keamanan Turki mengatakan, kini para penyelidik fokus untuk menguak apakah Altintas punya kaitan dengan Fethullah Gulen -- ulama yang kini ada di Amerika Serikat, yang dituding Ankara sebagai dalang kudeta gagal Juli 2016 lalu.
Gulen sebelumnya telah menolak bertanggung jawab dan dikaitkan dengan kudeta maupun pembunuhan di Turki.