Lewat IORA, RI Jadi Perekat Samudera Hindia dan Pasifik

KTT IORA rencananya akan diselenggarakan pada 7 Maret 2017 di Jakarta.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 12 Jan 2017, 17:03 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2017, 17:03 WIB
Meski Berduka, Menlu Retno Membuka Pertemuan Tingkat Menteri IORA
Meski Berduka, Menlu Retno Membuka Pertemuan Tingkat Menteri IORA (Liputan6.com/Khairisa Ferida)

Liputan6.com, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Lingkar Negara Samudera Hindia (IORA) tinggal menghitung waktu. Indonesia sebagai tuan rumah mengebut persiapan pertemuan yang rencana diadakan 7 Januari 2017 tersebut.

Menurut Direktur Kerja Sama Intrakawasan dan Antar Kawasan Asia dan Pasifik Afrika Kementerian Luar Negeri, Ben Carnadi, IORA sudah ada beberapa pemimpin negara yang memastikan hadir.

"Afrika selatan sebagai wakil ketua sudah konfirmasi, ada juga Sri Lanka, Australia juga hadir," sebut Ben di Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Kamis (12/1/2017).

Diadakan pertemuan tingkat kepala negara dalam kerangka IORA merupakan yang pertama. Indonesia menginisiasi KTT tersebut untuk memperingati 20 tahun berdirinya IORA.

"Tidak ada di piagam IORA untuk mekanisme KTT.  Biasanya berakhir di pertemuan tingkat menteri (PTM). Karena untuk memperingati 20 tahun berdirinya IORA. Kita ingin menginisiasi mumpung kita ketua, ingin menyelenggarakan ktt," jelas Ben.

IORA saat ini, menurut Ben, menjadi organisasi multilateral penting bagi Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita menjadi poros maritim dunia RI bisa menjadikan IORA sebagai sarananya.

Ben menambahkan, posisi Indonesia di Samudera Hindia begitu strategis. Tanah Air bisa menjadi penyambung negara di samudera tersebut dengan tempat kawasan lain.

"Indonesia kan menjadi titik tumpu 2 Samudera Pasifik dan Hindia.  Kita ingin mewujudkan peran kita di Samudera Hindia," tutur dia.

"Bu menlu mengatakan RI menjadi perekat Samudera Hindia dan Pasifik. Jadi kita perekatnya," pungkas Ben.


Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya