Mikhail Gorbachev: Dunia Seolah Sedang Bersiap Perang

Mantan Presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev bersuara terkait perkembangan politik dunia. Mengkritik Vladimir Putin dan Donald Trump.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 27 Jan 2017, 20:20 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2017, 20:20 WIB
Mikhail Gorbachev: Dunia di Ambang Perang Dingin
Mikhail Gorbachev dikenal sebagai pemimpin Uni Soviet pada akhir 1980-an yang dinilai berhasil memulihkan hubungan dengan Barat.

Liputan6.com, Moskow - Mantan Presiden Uni Soviet, Mikhail Gorbachev bersuara terkait dengan perkembangan politik dunia. Kepada dua pemimpin dunia, Vladimir Putin dan Donald Trump, ia meminta mereka mengecam perang nuklir -- sementara dunia tengah melakukan "militerisasi politik dan perlombaan senjata baru".

Sosok berusia 85 tahun, yang merupakan pemimpin kedelapan dan terakhir Uni Soviet serta Partai Komunis, mengatakan ia percaya kondisi sekarang ini tampak "seolah-olah dunia sedang mempersiapkan perang".

Politisi Perang Dingin yang terkenal dengan slogan 'glasnotst dan perestroika' membuat kolom tulisan untuk majalah Time menjelang pertemuan pertama Theresa May dengan Donald Trump Jumat 28 Januari 2017.

"Dunia sekarang sudah penuh sesak dengan masalah. Para pembuat kebijakan terlihat bingung dan kehilangan arah," kata Gorbachev seperti dikutip dari Independent, Jumat (27/1/2017).

"Namun, masalah yang penting searang ini adalah memiliterasi politik dan perlombaan senjata baru. Berhenti dari dua hal itu adalah prioritas utama. Karena, situasi sekarang ini terlalu berbahaya," lanjutnya.

Baik Rusia maupun Ukraina kini menyadari bahwa sejumlah pasukan, tank dan senjata berat lagi tengah dikerahkan ke Eropa.

Gorbachev juga menulis bagaimana kekuataan dan persenjataan NATO dan Rusia, sekali diledakkan dari jarak jauh dapat menyasar siapa saja.

Pemimpin vokal dan pernah mengkritik kepresidenan Boris Yeltsin juga mengatakan APBN negara kini menghadapi kesulitan untuk membiayai kebutuhan dasar warganya tapi dana untuk militer meningkat.

Gorbachev menulis, senjata dari kapal selam, sekali diletuskan mampu menghancurkan setengah benua.

Politisi dan pemimpin militer terdengar semakin agresif dan doktrin pertahanan lebih berbahaya, "kata Gorbachev.

"Komentator dan acara TV  bergabung dengan paduan suara permusuhan. Semuanya tampak seolah-olah dunia sedang mempersiapkan untuk perang. "

Gorbachev, sosok yang dianggap berada di balik pembubaran Uni Soviet dan akhir Perang Dingin, memainkan peran dalam pelucutan senjata nuklir pada 1980-an.

Presiden AS Ronald Reagan dan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev melakukan pertemuan damai setelah kedua terlibat 'perang dingin'. (BBC)

Delapan puluh persen dari senjata nuklir terakumulasi selama bertahun-tahun Perang Dingin dinonaktifkan dan dihancurkan.

Pada pertemuan kepala negara pertama kalinya antara Gorbachev dan Ronald Reagan pada 1985 di Jenewa, keduanya menghasilkan kesimpulan, "perang nuklir tidak akan pernah menang dan tak seharusnya dilakukan".

Hasil pertemuan di masa itu, Gorbachev gulirkan kembali dalam sidang Dewan Keamanan PBB beberapa waktu lalu.

Namun, menurut laporan BBC pada September 2016, Rusia memiliki senjata hulu ledak nuklir sebanyak 1.796, AS 1.376 dan Inggris 120.

"Saya pikir inisiatif untuk mengadopsi resolusi seperti itu harus datang dari Donald Trump dan Vladimir Putin -- Presiden dari dua negara yang memegang lebih dari 90 persen dari persenjataan nuklir dunia dan karena itu menanggung tanggung jawab khusus," kata Gorbachev lagi.

"Ini waktunya untuk memutuskan dan bertindak sekarang."

Komentar Gorbachev itu kemudian diikuti dengan dua orang anggota dewan AS yang memasukkan RUU melarang Trump untuk memulai serangan nuklir dengan detil laporan fakta gagalnya tes nuklir Inggris.

Sementara itu, sebuah laporan yang belum dikonfirmasi menyebut China telah melontarkan misil jarak jauh ke perbatasan Rusia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya