Liputan6.com, Mogadishu - Donald Trump membuat Mo Farah kesal bukan kepalang. Atlet Inggris peraih empat medali emas itu terancam tak bisa pulang ke rumahnya di Amerika Serikat.
Farah adalah warga negara Inggris yang lahir di Somalia, satu dari tujuh negara muslim yang menjadi subjek perintah eksekutif yang dikeluarkan Donald Trump.
Pemegang paspor Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman kini dilarang masuk ke AS.
Advertisement
Pelari 33 tahun tersebut saat ini sedang berlatih di Ethiopia. Sementara, keluarganya ada di rumah mereka di Portland, Oregon, AS.
"Pada 1 Januari tahun ini, Yang Mulia Ratu (Inggris) menganugerahkan kepadaku gelar Knight of the Realm. Pada 27 Januari, Presiden Donald seakan membuatku jadi alien," tulis Mo Farah dalam laman Facebook-nya seperti dikutip dari CBC, Senin (30/1/2017).
Atlet bernama lengkap Sir Mohamed Muktar Jama "Mo" Farah itu mengungkapkan, ia telah tinggal di Amerika Serikat selama enam tahun.
"Saya bekerja keras, berkontribusi pada masyarakat, membayar pajak, dan membesarkan empat anak di tempat yang mereka sebut sebagai rumah," kata dia.
Farah menambahkan, kini ia dan banyak orang yang dalam kondisi serupa diberi tahu bahwa mereka tak diterima di AS.
Yang paling berat, menurut Farah, adalah memberitahu empat anaknya, bahwa ayah mereka tak bisa pulang.
Juga, "Untuk menjelaskan mengapa Presiden mengeluarkan kebijakan yang berasal dari ketidaktahuan dan prasangka,"kata dia.
Farah diketahui tidak memiliki kewarganegaraan ganda atau memegang paspor Somalia.
Ia pindah ke Inggris dari Somalia pada usia 8 tahun dan sekarang dianggap sebagai salah satu atlet terbesar Britania Raya setelah memenangkan ajang lomba lari 5.000 meter dan 10.000 meter sekaligus pada Olimpiade 2012 dan 2016.
Farah Mo baru-baru ini diberi gelar ksatria oleh Ratu Elizabeth II.
Meski banjir kecaman dari seluruh dunia, dihadang putusan pengadilan, dan disambut protes --Â Pemerintahan Trump kukuh menerapkan larangan pendatang dari tujuh negara
Pihaknya mengatakan, hanya 109 orang, dari 325.000 perjalanan, yang ditahan.
"AS membutuhkan 'pemeriksaan ekstrem', SEKARANG," kata Donald Trump dalam akun Twitternya.