Suara Misterius, Mainan Babi ... 10 Kisah Aneh Penumpang Titanic

Bencana RMS Titanic mencengangkan dunia karena kapal tersebut dikira tidak bisa tenggelam.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 09 Feb 2017, 19:40 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2017, 19:40 WIB
RMS Titanic
RMS Titanic (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, New York - Dalam pelayaran perdana RMS Titanic dari Southampton, Inggris, pada 10 April 1912, ia adalah kapal terbesar dan termewah di seluruh dunia. Tapi, kapal milik perusahaan White Star itu tidak pernah tiba di tujuannya, New York.

Kapal itu menabrak gunung es pada 14 April jam 11.40 malam, lalu tenggelam di Atlantik Utara beberapa jam kemudian, pada 15 April 1912 jam 2.20 pagi.

Lebih dari 1.500 meninggal dunia, hanya 705 orang yang selamat. Bencana itu mencengangkan dunia karena kapal tersebut dikira tidak bisa tenggelam.

Dikutip dari Listverse.com pada Kamis (9/2/2017) ada beberapa kisah menarik seputar peristiwa bencana tersebut:

1. Alex MacKenzie

Ilsutrasi awak kapal. (Sumber iStock)

Alex MacKenzie (24) tidak pernah menginjakkan kaki di Titanic walaupun sudah berkemas dan ikut antrean masuk kapal mewah tersebut. Orangtuanya membelikan tiket sebagai hadiah, tapi ada suara dalam kepalanya yang memperingatkan bahwa dia akan mati kalau menginjak kapal terkenal itu.

Suara itu sangat jelas di telinga sehingga pemuda itu bahkan melihat sekeliling untuk mencari siapa yang bicara. Tapi, tak ada seorangpun. Ketika ia mengabaikan, suara itu terdengar lagi dengan lebih kencang.

Ia kemudian kembali ke rumah di Glasgow dan menceritakan kepada orangtuanya alasan kenapa ia tidak jadi naik Titanic.

2. Edith Russell

Edith Russell. (Sumber Randy Bryan Bigham)

Banyak orang senang membayangkan menjadi penumpang kelas satu di Titanic, tapi tidak demikian dengan Edith Rosenbaum yang malah merasa ada bencana.

Ia menaiki pelayaran perdana Titanic di perhentian pertama di Cherbourg, Prancis, seusainya menghadiri pameran busana dalam Minggu Paskah di Paris. Kepada sekretarisnya, ia menuliskan perasaan depresi dan datangnya bahaya.

Ketika Titanic menabrak gunung es, ia meminta seorang awak untuk menemukan kotak musik berbentuk babi dalam kamarnya. Ia memegang kotak musik itu di dek kapal, tapi menolak naik ke sekoci hingga semua wanita dan anak-anak masuk dulu.

Tapi, ada seseorang yang dengan sigap membungkus kotak musik itu karena dikira seorang bayi, lalu melemparkan ke dalam sekoci. Karena tidak rela berpisah dengan benda kesayangannya, ia ikut melompat ke dalam sekoci dan selamat.

3. Dua Anak Hilang

(Sumber Library of Congress) 

Karena para pria dewasa tidak bisa naik sekoci saat Titanic tenggelam, seorang ayah terpaksa meninggalkan dua anaknya dalam sekoci tanpa dirinya yang tetap di kapal.

Tapi, dua anak itu hanya berbahasa Prancis dan tidak ada benda dengan identitas mereka. Harian berita menyebut mereka "Two Waifs of the Sea" dan mencantumkan foto keduanya agar sampai kepada kerabat di Prancis.

Sementara itu, seorang ibu sedang kelabakan mencari dua putranya yang raib tanpa jejak. Kisah dua anak itu pun sampai kepadanya di Nice, Prancis.

Setelah menjelaskan tentang anaknya kepada dinas terkait, dua anak itu kemudian dikenali sebagai Michael (4) dan Edmond (2).

Dua anak itu diculik oleh ayah mereka sendiri, Michael Navratil, yang menumpang kapal nahas itu menggunakan nama samaran “Mr. Hoffman” dalam upayanya menyongsong hidup baru di Amerika Serikat (AS).

4. Edward dan Ethel Beane

Edward dan Ethel Beane (Sumber Phillip Gowan via Encyclopedia Titanica)

Penumpang kelas dua, Edward an Ethel Beane, sedang berbulan madu di Titanic. Ketika Titanic menabrak gunung es, mereka tidak khawatir karena, seperti kebanyakan orang saat itu, menganggap kapal itu tidak bisa tenggelam.

Setelah peringatan ke dua dari penumpang kamar sebelah, barulah mereka menyadari apa yang terjadi. Ethel agak ragu masuk sekoci karena Edward masih di kapal.

Ketika Ethel menjauh, Edward terpaksa berenang menjauh dari Titanic yang sedang tenggelam dan naik sekoci lain.

Mereka bertemu lagi kemudian dan tetap jadi suami istri.

5. Thomas Millar

Thomas Millar. (Sumber Home of the Titanic)

Tiga bulan setelah kematian istrinya, Thomas Millar memutuskan bekerja di kapal milik perusahaan pelayaran White Star itu sebagai asisten insinyur dek demi menafkahi dua putranya, Thomas dan Ruddick.

Dua anak itu dititipkan kepada bibi mereka di desa dekat Belfast, sementara ayah mereka mencoba peruntungan baru di Amerika Serikat (AS) dengan rencana menyusulkan anak-anaknya di kemudian hari.

Sebelum pergi ke AS, ia memberi 1 penny kepada masing-masing putranya, dan tidak boleh dibelanjakan sampai ia kembali. Sedihnya, Thomas Millar termasuk korban tewas dalam kecelakaan Titanic.

Putranya yang juga bernama Thomas membelanjakan uangnya, tapi milik Ruddick tetap ada bersama keluarga Millar dan menjadi perlambang cinta seorang ayah kepada anak-anaknya.

6. Romo Francis Browne

Romo Francis Browne (Sumber Romo Michael Garahy via Time)

Romo Francsi Browne adalah seorang penumpang kelas satu di Titanic dan menjadi orang yang mewarisi banyak foto langka tentang kehidupan dalam kapal itu. Imam dari ordo Jesuit itu memang seorang penggemar foro dan mendapat tiket pelayaran sebagai hadiah dari pamannya.

Karena tertarik naik kapal mewah itu dan merasa menjadi bagian dari sejarah, Romo Browne mengambil banyak foto, yang belakangan diterbitkan setelah bencana.

Kebanyakan penumpang Titanic sedang menuju New York, tapi Romo Browne menjadi 1 di antara 8 penumpang yang turun dari kapal saat sandar di Queenstown (sekarang Cobh) di Irlandia.

Ia memang dibayari untuk perjalanan lengkap ke New York, tapi ia diperintahkan turun kapal oleh atasannya sehingga Romo Browne terhindar dari bencana. Foto-fotonya pun menjadi saksi sejarah kapal nahas tersebut.

7. Dua Sepupu

Arthur Ryerson (Sumber rjschatz via Find A Grave)

Dua sepupu menumpang Titanic, tapi keduanya tidak sadar ada sesama saudara sedang berlayar bersama. William Edwy Ryerson adalah awak yang melayani di ruang makan kelas satu.

Ia tidak sadar bahwa sepupu jauhnya yang bernama Arthur Ryerson sedang menjadi penumpang kelas satu bersama istrinya, Emily, dan 3 anak mereka. Keluarga itu sedang kembali ke Cooperstown, New York, setelah mendengar kabar bahwa satu anaknya meninggal dunia.

William dan Arthur memiliki satu kakek buyut yang sama tapi mereka berbeda latar belakang. William lahir dalam keluarga pekerja bersahaja di Port Dover, Ontario. Sedangkan Arthur lebih berada.

William mengawaki sekoci ketika Titanic sedang tenggelam, sedangkan Arthur sedang membujuk awak kapal untuk mengizinkan putranya, John (13) untuk dinaikkan ke sekoci bersama istri dan anak perempuannya.

Arthur adalah satu-satunya anggota keluarga itu yang tidak selamat. William selamat naik di sekoci nomor 9.

8. Wanita Ningrat Rothes

Countess of Rothes. (Sumber Bassano Ltd, PD-US)

Tentu saja ada orang-orang terkaya sedunia yang menumpang Titanic, termasuk Lucy Noel Martha, wanita ningrat dari Rothes, yang sedang berperjalanan bersama sepupunya bernama Gladys Cherry dan pengiringnya, Roberta Maioni. Ia sedang akan bertemu dengan suami dan dua anaknya untuk memulai kehidupan baru di AS.

Ia dan sepupunya terjatuh dari tempat tidur ketika kapal menabrak gunung es dan diperintahkan oleh Kapten Smith untuk kembali ke kabin dan memasang sabuk penyelamat.

Sekitar jam 1 pagi, mereka bertiga digiring ke sekoci 8, yang merupakan sekoci pertama lepas ke laut. Tom Jones, awak sekoci, melihat kepemimpinan wanita itu dan memintanya mengemudikan sekoci.

Lucy mengemudikan sekoci selama sekitar 1 jam, lalu bergantian dengan sepupunya karena ingin menenangkan seorang pengantin wanita Spanyol yang kehilangan suaminya di atas kapal. Lalu, wanita ningrat itu mendayung semalaman sambil menyemangati semua penumpang sekoci hingga kapal Carpathia tiba.

Kebaikan hatinya tidak berhenti di sekoci. Ia tetap di berada di Carpathia ketika kapal itu sandar di New York dan membantu menghibur para penumpang yang kehilangan segalanya dalam bencana.

Setelah kembali ke Skotlandia, wanita ningrat Rothes itu membeli jam bundar perak dengan ukiran "April 15th 1912, the Countess of Rothes," yang kemudian dikirim kepada Tom Jones sebagai rasa terima kasih atas perjuangan di sekoci 8.

Jones membalas dengan surat terima kasih karena kebaikan dan keberanian wanita itu, disertai dengan plat kuningan dari sekoci. Mereka bertukar surat hingga meninggalnya Lucy pada 1956.

9. James Moody

James Moody (Sumber Titanic-Titanic.com)

Seorang pahlawan lain adalah Perwira ke Enam James Moody yang bertahan di kapal walaupun ditawari tumpangan penyelamatan. Perwira muda itu digaji US$ 37 untuk dinasnya, tapi diberi kabin sendiri dalam Titanic. Sebelum pelayaran perdana, Moody tidak sengaja menyelamatkan 6 awak yang ditolaknya naik ke kapal karena sudah terlambat untuk naik.

Ketika kapten kapal menduga kapal akan tenggelam dalam beberapa jam, Moody meluncurkan sekoci 12, 14, dan 16. Perwira ke Lima Harold Lowe meminta Moody memimpin sekoci 14 karena secara tradisi hal itu memang ditugaskan kepada perwira rendahan.

Tapi, dengan berani, ia mempersilahkan Lowe. Walaupun berpangkat rendah, ia tetap ada di kapal dan membantu Perwira Pertama Murcodh hingga air mulai masuk ke dek kapal. Moody beberapa kali dipersilahkan mengawaki sekoci, tapi ia memilih tetap di kapal untuk membantu para penumpang hingga akhir.

Perwira Kedua Charles Lightoller adalah orang terakhir yang melihat Moody masih hidup pada jam 2.18 pagi, masih mencoba meluncurkan sekoci lipat ke dalam air.

10. Jack Phillips

Jack Phillips. (Home of the Titanic)

Jack Phillips adalah operator senior radio di Titanic, bersama dengan operator junior bernama Harold Bride. Mereka bergantian mengirimkan pesan kode Morse dari dan untuk penumpang, dan membawa kabar cuaca kepada kapten kapal.

Sebelum bencana, Phillips menerima beberapa peringatan tentang gunung es dari beberapa kapal lain, lalu Bride mengirimkan peringatan-peringatan itu kepada kapten. Tapi Phillips gagal mengirimkan beberapa pesan kepada Kapten Smith karena banyaknya pesan masuk untuk para penumpang. Dia juga menganggap sang kapten sudah waspada dengan keberadaan gunung es.

Ketika SS Californian mendesaknya dengan peringatan gunung es, ia malah meminta jangan diganggu. Ada beberapa orang yang menyalahkan Phillips atas bencana itu.

Tapi, ketika kapal itu menabrak gunung es pada jarak kira-kria 400 mil laut dari Newfoundland, Philips bertindak mengirimkan sinyal bahaya untuk memastikan penyelamatan penumpang dan awak.

Petugas telegraf berusia 25 tahun itu tetap di tempat tugasnya walaupun kapten sudah membebaskannya dari tugas. Ia terus mengirim pesan kode Morse ke kapal-kapal di sekeliling Titanic hingga pukul 2.17 pagi, hanya 3 menit sebelum kapal tenggelam ke Atlantik Utara.

Komunikasinya dengan Carpathia memastikan penyelamatan 705 penumpang. Beberapa kapal kemudian melaporkan tidak ada kegentaran dalam pesan-pesan yang dikirim walaupun dalam suasan kekacauan di sekitarnya.

Sedihnya, Phillips meninggal dalam bencana itu walaupun ia sudah sampai ke sebuah sekoci lipat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya