Liputan6.com, Oxford - Kalau ada orang mengajak menjadi kencan Valentine sebelum Abad ke-14, mungkin orang itu akan dipandang seperti orang gila. Orang itu juga akan diperiksa, apakah membawa kapak bersamanya.
Ada 2 nama orang suci bernama Valentine yang kemudian, pada Abad Pertengahan, dikaitkan dengan 14 Februari. Keduanya diduga sebagai imam Kristen yang diincar untuk dipenggal oleh para petinggi Romawi.
Tapi ada juga legenda kecil yang menengarai bahwa dua orang suci itu menjadi asisten Cupid setelah kematian mereka.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari Ancient Origins pada Selasa (14/2/2017), ada dugaan bahwa George Chaucer adalah orang yang menggulirkan kisah Valentine.
Dalam karya tulisnya yang bertajuk "Parliament of Fowls", ia membayangkan Dewi Alam memasangkan semua burung pada tahun itu untuk hadir pada "dari Seint Valentynes."
Pertama-tama, hadirlah elang betina. Ia dirayu panjang lebar oleh burung-burung pemangsa, sehingga memicu kekhawatiran bebek, burung kukuk, dan burung-burung peringkat rendah lainnya.
Tapi mengapa Chaucer memilih suatu tanggal dalam bulan Februari bagi kisah kerumunan burung itu? Kawanan burung di Inggris belum ramai berkicau pada bulan itu karena cuaca masih dingin.
Ada dugaan ia mengacu kepada Saint Valentine yang dirayakan di Genoa, Italia, pada bulan Mei. Namun demikian, Valentine yang dipestakan pada 14 Februari lebih dikenal, dan tanggal itu melekat hingga sekarang.
Fiksi atau Fakta?
Tapi asal usul yang tidak jelas itu tidak dibahas berlama-lama. Menjelang Abad ke -15, burung-burung fiksi pencinta bukan lagi menjadi satu-satunya yang menyanyikan isi hati pada hari Valentine.
Menurut perjanjian pendiriannya, masyarakat "Tahta Cinta" didirikan di Prancis pada 1400 sebagai pengalihan dari bencana wabah yang menyeramkan pada masa itu.
Dokumen perjanjian itu menyebutkan bahwa pada setiap 14 Februari, "ketika burung-burung mungil melanjutkan nyanyian merdu mereka, para anggota harus berkumpul di Paris untuk santap malam yang nikmat. Para tamu pria membawakan sebuah lagu cinta gubahan sendiri untuk dinilai oleh suatu panel yang semuanya terdiri dari kaum wanita."
Tapi tidak ada bukti bahwa Tahta Cinta berkumpul sesering yang direncanakan, walaupun perjanjian pendirian menyebutkan adanya pertemuan-pertemuan bulanan selain perayaan pada tanggal 14 Februari.
Pada akhirnya, setidaknya ada 950 peserta yang mewakili segenap lapisan masyarakat, mulai dari Raja Prancis hingga ke kaum borjuis kecil-kecilan. Jadi, kisah cinta Valentine bukan lagi khusus diperuntukkan bagi burung-burun elang.
Pesta cinta 14 Februari pada masa kini mungkin merupakan dampak dari sekelompok pria dan wanita Abad Pertengahan yang mencoba menjalankan hidup yang meniru kesenian.
Jika benar demikian, maka upaya meniru itu belum tentu selugu itu. Dengan mengetengahkan ritual perkencanan burung secara sangat puitis, "Parliament of Fowls" ("Kerumunan Burung") gubahan Chaucer mengajak para pembaca pembacanya untuk merenungkan perbedaan antara perkencanan "artistik" mereka dan perkencanan "alamiah" burung-burung.
Tulisan-tulisan seperti itu membantu para pembaca pada masa itu unutk mengerti identitas mereka sebagai produk dari artefak-artefak kesenian.
Advertisement
Empat Kiat dari Abad Pertengahan
Secara lebih praktis, sastra Abad Pertengahan bisa membantu seandainya kita masih mencari-cari hadiah untuk seseorang yang khusus pada hari Valentine kali ini.
Tidak usah pusing soal perhiasan mewah, berikut ini adalah sejumlah hadiah Valentine Abad Pertengahan yang mencukupi anggaran:
1. Mencari cara untuk menyalakan kembali percikan api cinta dalam hubungan? Andreas Capellanus, melalui karyanya "Art of Courtly Love" pada Abad ke-12, menganjurkan membelikan wastafel untuk tempat cuci tangan.
2. Atau cobalah memberikan sentuhan pribadi pada pakaian seseorang yang dikasihi. Tambahkan ritsleting yang hanya bisa dibuka oleh kita, tapi di dalamnya kita pakai sabuk kesucian seperti diusulkan dalam tuilsan oleh Marie de France pada Abad ke-12.
3. Atau, hiasi pakaian usang kekasih kita dengan menjahitkan sejumput rambut kepada pakaian itu. Misalnya seperti yang tertulis dalam kisah romantisme "Cligés" hasil karya Chrétien de Troyes.
4. Kalau masih belum cukup melelehkan hati, cobalah dibaca pada suatu halaman dari buku karya Le Chastelain de Couci. Menurut biografinya pada Abad ke-13, ia memberikan jantungnya kepada kekasihnya.
Yang paling penting, paparkan konteks sastra dan sejarah sewaktu memberikan hadiah-hadiah itu.