Liputan6.com, Washington, DC - Steve Bannon, kepala strategi Presiden Donald Trump yang juga mantan eksekutif media sayap kanan ekstrem, Breitbart News, dikabarkan marah dengan portal berita yang sempat dipimpinnya itu.
Pasalnya, situs itu menulis bahwa Kepala Staf Gedung Putih, Reince Priebus akan kehilangan jabatannya.
Baca Juga
Breitbart News selama ini menjadi platform alt-right (alternative right), kelompok nasionalis kulit putih atau dapat pula dikatakan sebagai kumpulan dari orang-orang yang memiliki ideologi ultra-nasionalis.
Advertisement
Tulisan itu menyebut, sejumlah sumber yang dekat dengan Presiden Trump mengklaim bahwa Priebus bisa saja dicopot dari jabatannya terkait dengan pengunduran diri mantan penasihat keamanan nasional AS, Michael Flynn.
Seperti dilansir Independent, Kamis, (16/2/2017), sejak tulisan tersebut dipublikasikan, Bannon telah menghubungi sejumlah media seperti The Hill, CNN, The Daily Beast, dan The Atlantic untuk menjelaskan bahwa kabar tersebut tidak benar.
Untuk menggambarkan kemarahannya, Bannon bahkan mengatakan kepada media bahwa ia sempat memarahi wartawan Breitbart, Matt Boyle melalui telepon.
"Kabar itu sama sekali tidak benar. Reince melakukan pekerjaan yang hebat. Saya tidak bisa mengharapkan mitra yang lebih baik," kata Bannon kepada CNN.
Sementara itu kepada The Hill ia menegaskan, "Priebus melaksanakan pekerjaannya dengan menakjubkan. Kami mengeksekusi agenda Presiden Trump dalam waktu yang singkat. Itu karena Priebus menyelesaikan pekerjaannya."
Artikel Breitbart News juga mengguncang publik menyusul informasi yang menyebutkan bahwa terjadi pertikaian di Gedung Putih. Disebutkan pula bahwa ada banyak tokoh nasionalis yang ingin menyingkirkan Priebus.
Yang cukup menarik, Bannon menggambarkan Boyle sebagai "salah satu wartawan di Washington yang tidak takut memicu agitasi dan tanpa henti menceritakan kisah-kisah yang menjadi sorotan akar rumput kelompok konservatif".
Sekitar dua hari lalu, Flynn yang ditunjuk untuk mengisi posisi sebagai penasihat keamanan nasional AS menyatakan mundur. Ia meletakkan jabatannya setelah pertemuannya dengan duta besar Rusia untuk AS yang terjadi sebelum pelantikan Trump.
Flynn juga dituding telah memperdaya Wakil Presiden Mike Pence tentang percakapannya dengan diplomat Rusia tersebut.
Marahnya Bannon kepada wartawan Breitbart News menjadi kabar yang mengejutkan. Pasalnya, media itu selama ini bermuatan agenda anti-kemapanan, xenophobia, dan kebencian--hal-hal yang selaras dengan sikap Bannon.