KTT IORA Hasilkan Langkah Tegas Perangi Terorisme dan Ekstremisme

KTT yang berlangsung dari 5-7 Maret ini menghasilkan kesepakatan untuk mencegah terorisme.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 07 Mar 2017, 17:51 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2017, 17:51 WIB
Petinggi Negara KTT IORA Lakukan Penandatanganan Jakarta Concord
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama delegasi dari sejumlah negara menandatangani Jakarta Concord dalam KTT Indian Ocean Rim Association (IORA) 2017 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (7/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melaporkan hasil pertemuan tingkat menteri yang dilakukan pada hari kedua KTT IORA. Laporan pencapaian ini disampaikan kepada pemimpin dunia yang hadir dalam KTT tersebut.

Retno menyatakan ada dua hal yang disepakati dalam IORA. Pertama langkah aksi, dan yang kedua adalah pemberantasan teroris dan kejahatan ekstremis yang tertuang dalam IORA Declaration on Preventing and Countering Terrorism and Violent Extremism.

Untuk kesepakatan kedua, Retno menjelaskan langkah ini menunjukan seluruh negara anggota IORA satu suara dalam menghadapi ekstremisme dan terorisme, yakni tindakan kongkret mesti diambil.

"Tentang deklarasi terorisme, untuk ambil langkah tegas dalam menghadapi ancaman terorisme dan kejahatan ekstremis yang belakangan meningkat," ucap Retno.

Di samping langkah tegas, diperlukan juga kebijakan-kebijakan untuk menciptakan stabilitas keamanan dalam negeri dan kawasan.

"Ini refleksi determinasi setiap negara anggota untuk menjaga stabilitas perdamaian," tuturnya.

Meski demikian, ia meyakini setiap langkah akan sia-sia jika tak ada dorongan untuk menyebarkan semangat toleransi dan sikap menghargai perbedaan.

"Kita harus mempromosikan pesan positif soal toleransi dan keberagaman di kawasan," kata Menlu.

Isu terorisme dan stabilitas maritim adalah agenda utama dalam IORA. Sementara Australia adalah negara yang paling getol untuk memerangi ekstremis.

Yang mendasari agenda utama itu adalah dua pertiga pengiriman minyak dunia dan lebih dari setengah jumlah kapal konteiner melalui Samudra Hindia. Itulah yang ditegaskan oleh Presiden RI Joko Widodo dalam pertemuan IORA.

Sementara itu, pada Senin 6 Maret 2017 lalu, Menteri Luar Negeri Julie Bishop mengatakan IORA telah mengadopsi deklarasi untuk mencegah terorisme dan melawan ekstremisme.

Di antara 21 anggota IORA berasal dari Iran, Kenya, Somalia, dan Uni Emirat Arab.

Pada pertemuan hari pertama Ketua Delegasi Pejabat Senior Indonesia dalam IORA, Desra Percaya Desra mengatakan, diangkatnya isu terorisme di IORA karena masalah ini sudah melanda seluruh negara anggota. Harus ada aksi nyata agar persoalan tersebut bisa ditangani.

"Faktanya Indonesia adalah korban terorisme, negara lain (anggota IORA) seperti Kenya juga korban terorisme, kita antisipasi dengan rancangan kerja sama yang lebih erat," sebut dia.

"Tidak hanya karena kita jadi korban, tapi kita harus dapat mengatasi terorisme ke depan," tambah dia.

Lebih jauh mantan kepala perwakilan RI untuk PBB itu menekankan masalah terorisme tidak hanya dihadapi negara-negara di Samudera Hindia. Namun seluruh dunia terkena masalah yang sama.

"IORA bertanggung jawab menjawab tantangan yang ada di dunia," jelas Desra.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya