Skotlandia Sepakat Gelar Referendum Kemerdekaan dari Inggris

Parlemen Skotlandia sepakat melakukan referendum kemerdekaan negara tersebut dari Inggris untuk yang kedua kali.

oleh Citra Dewi diperbarui 29 Mar 2017, 15:48 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 15:48 WIB
Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon
Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon. (AP)

Liputan6.com, Edinburgh - Menteri Pertama Skotlandia, Nicola Sturgeon, telah melewati rintangan besar pertama untuk melakukan referendum kemerdekaan wilayahnya dari Inggris.

Pasalnya, sebanyak 69 anggota Parlemen Skotlandia setuju untuk melakukan referendum kedua, berbeda 10 suara dari anggota yang menolak referendum tersebut.

Hasil itu keluar sehari sebelum Perdana Menteri Inggris Theresa May menginisiasi proses berpisahnya Inggris dari Uni Eropa, atau dikenal dengan istilah Brexit.

Keputusan Inggris itu lah yang memicu Sturgeon dan Partai Nasional Skotlandia untuk mendorong diadakannya referendum kemerdekaan lagi, yakni untuk kali kedua dalam kurun tiga tahun.

Hal itu dilakukan untuk mengamankan Skotlandia dari risiko berpisah dari Uni Eropa, yang bertentangan dengan keinginannya.

Hampir dua per tiga pemilih Skotlandia memilih untuk tetap bersama dengan Uni Eropa saat dilakukan referendum Brexit pada Juni 2016, di mana 51,9 persen warga Inggris memilih untuk "bercerai".

"Kami tahu bahwa Brexit mengancam merusak masa depan Skotlandia," ujar Sturgeon setelah dilakukan pemilihan pada 28 Maret 2017.

Pada referendum tahun 2014, warga Skotlandia menolak untuk memerdekakan diri dari Inggris. Namun keadaan itu berbeda setelah Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa.

Sturgeon menegaskan bahwa warga Skotlandia membutuhkan kesempatan untuk mempertimbangkan kembali pilihan demokratis mereka. Ia ingin referendum kemerdekaan yang disebut "IndyRef2" diadakan setidaknya 18 bulan dari sekarang, setelah urusan Brexit selesai.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan Sturgeon adalah memenangkan persetujuan dari Parlemen Inggris. Namun PM May mengatakan, ia tak akan mengabulkannya hingga Inggris benar-benar keluar dari Eropa.

Sementara itu, Sturgeon tetap bersikeras dan akan segera meminta persetujuan dari Westminster dalam beberapa hari ke depan.

Namun jika warga Skotlandia memiliki kesempatan untuk menjadi negara sendiri dengan meninggalkan Inggris, harapan bergabung kembali dengan Uni Eropa sebagai bangsa yang merdeka merupakan tindakan berisiko.

Diterimanya Skotlandia menjadi anggota Uni Eropa tak otomatis. Skotlandia harus mengajukan permohonan kembali dan memenankan persetujuan bulat dari anggoat Uni Eropa.

Beberapa negara anggota, termasuk Prancis dan Spanyol, telah menoba mencegah Skotlandia untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa sebagai negara baru. Namun Sturgeon tak terpengaruh dengan hal itu.

"Orang-orang Skotlandia berdaulat, dan mereka akan diberikan pilihan pada masa depan mereka sendiri," ujar Sturgeon.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya