Rusia Produksi Misil Nuklir Hipersonik Super Cepat, AS Khawatir

Rusia kembangkan misil hipersonik super cepat Zircon yang mampu mencapai kecepatan 7.400 km/jam. Selangkah lebih dulu dari AS dan koalisi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Apr 2017, 10:10 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2017, 10:10 WIB
Suwalki Gap (1)
Ilustrasi sistem rudal Iskander-M milik Rusia. (Sumber Sputnik International)

Liputan6.com, Moscow - Rusia sedang mengembangkan dan memulai produksi misil hipersonik super cepat tipe 3M22 bernama 'Zircon' yang mampu mencapai kecepatan hingga 7.400 km/jam--setara lima kali kecepatan suara--yang mampu menjangkau jarak sejauh 400 km. Ini berarti misil tersebut mampu mencapai sasaran sejauh 400 km dalam waktu sekitar 3 menit 15 detik.

Menurut Stratfor, firma analisis pertahanan dan geopolitik AS, misil Zircon menggunakan sistem kendali jarak jauh dengan tingkat akurasi tinggi jika dibandingkan dengan misil tradisional lain. Dan, misil itu mampu dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. 

"Uji coba dijadwalkan selesai pada tahun 2017 dan produksi dimulai pada tahun 2018," kata kantor berita Rusia, TASS, seperti yang dilaporkan News.com.au, Senin, (3/4/2017). Tes awal dengan menggunakan bahan uji coba misil seberat 5 Ton melalui platform sea-to-land akan dimulai musim semi tahun 2017. Jadwal tes ini justru lebih cepat dari yang diperkirakan.

Kecepatan hipersonik misil Zircon didukung oleh teknologi mesin scramjet sebagai tenaga penggerak utama. Saat diterbangkan, mesin scramjet menciptakan bahan bakar tambahan dari udara atmosfir yang dikombinasikan dengan bahan bakar utama dari dalam misil. Metode ini mengurangi bobot misil Zircon karena tak perlu membawa bahan bakar dan alat oksidasi seperti pada misil tradisional. Sehingga, Zircon berbobot lebih ringan dan lebih cepat jika dibandingkan dengan misil tradisional.

Tak hanya itu, misil Zircon tidak menggunakan turbin atau alat rotasi lain. Misil itu hanya menggunakan alat kompresor dan kombustor untuk mencampur udara dengan bahan bakar. Semakin sedikit suku cadang yang digunakan, membuat misil Zircon semakin berbobot ringan. 

Daya ledak misil terbaru Negeri Beruang Merah itu diperkirakan mampu menghancurkan kapal dan pesawat perang paling mutakhir di dunia. Dan, Zircon dapat dikendalikan dari lokasi jarak jauh dengan tingkat akurasi tinggi menggunakan sistem radar dan optik-elektronik canggih. Misil ini akan dioperasikan sekitar tahun 2020. 

"Jika berhasil diproduksi, Zircon akan membuat sistem misil kendali jarak jauh koalisi negara-negara Barat tampak remeh-temeh...mereka harus segera mempersiapkan teknologi pembanding untuk pertahanan dan membalas serangan misil itu," ujar Tim Ripley, penulis Defence Weekly kepada Deutsche Welle seperti yang diberitakan News. 

"Bahkan pengembangan misil Zircon membuat Moscow selangkah lebih maju dibanding Washington dan koalisinya dalam hal teknologi misil kendali jarak jauh," tambah Ripley.

AS Tak Mau Kalah

Namun, bukan berarti koalisi Barat tertinggal sangat jauh. Penulis Defence Weekly itu berujar bahwa mungkin saja DARPA (Badan Riset Pengembangan Senjata dan Pertahanan) Negeri Paman Sam sedang mengembangkan teknologi senjata canggih terbarunya.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Stratfor yang menadapat informasi dari Jenderal Thomas Masiello, kepala Riset Angkatan Udara AS. Menurut informasi tersebut, AS tengah mengembangkan prototipe misil hipersonik-nya sejak Februari 2017 lalu. Direncanakan bahwa misil prototipe AS itu akan siap beroperasi pada tahun 2020. Dan, pada 2025 diprediksi bahwa prototipe misil itu akan siap dioperasikan untuk sasaran jarak jauh. Firma yang berbasis di AS itu juga memprediksi bahwa Tiongkok juga akan memiliki teknologi serupa pada tahun 2025. 

Kantor berita India Today melaporkan bahwa India juga ikut berpartisipasi dalam perlombaan pengembangan misil super cepat jarak jauh dengan berkolaborasi bersama Rusia, serta menggunakan teknologi yang sama seperti Zircon. 

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya