Liputan6.com, Kairo- Bom meledak di tengah ibadah Minggu Palma di dua gereja Kristen Koptik di Mesir, di Kota Tanta dan Alexandria. Sebanyak 36 orang tewas dalam serangan yang dilakukan pada momentum paling penting umat Kristiani itu.
ISIS mengaku menjadi dalam pemboman tersebut. Sayap media propaganda mereka, Amaq mengatakan, 'sebuah detasemen keamanan' organisasi teror tersebut sebagai pelakunya.
Seperti dikutip dari CNN, Minggu (9/4/2017), belum ada konfirmasi sahih soal klaim sepihak tersebut.
Ledakan pertama terjadi di kota Tanta, di tengah ibadah Minggu Palma di St George's Church. Sebanyak 25 orang tewas dan 60 lainnya luka-uka.
Bahan peledak ditempatkan di sebuah kursi rumah ibadah tersebut.
Video kejadian di Tanta disiarkan sejumlah media Mesir. Terlihat dalam rekaman, jemaat sedang menyanyikan kidung. Saat suara ledakan terdengar, diikuti jerit panik, gambar pada layar diblok.
"Segala sesuatu yang ada di dalam gereja rusak. Darah membasahi pilar-pilar marmer," kata Peter Kamel, saksi mata yang menyaksikan kondisi pascakejadian.
Lokasi bahan peledak berada di dekat altar. Pendeta, juga anggota kelompok paduan suara ada di daftar korban meninggal dunia.
Tak berapa lama kemudian, setidaknya 11 orang tewas dan 35 lainnya luka-luka akibat serangan bunuh diri di Saint Mark's Coptic Orthodox Cathedral di Alexandria.
Pemimpin Gereja Koptik, Paus Tawadros II atau Paus Theodoros II dari Alexandria berada dalam gereja tersebut. Kabar baiknya, sang pemuka agama selamat dan tak mengalami luka.
Kementerian Dalam Negeri Mesir, dalam pernyataannya, mengatakan, polisi yang ditugaskan di dalam gereja di Alexandria berusaha menghentikan teroris yang mengenakan sabuk berisi bahan peledak masuk ke dalam rumah ibadah.
Seorang polisi, seorang polwan, dan sejumlah staf kepolisian ada dalam daftar korban tewas.
Penganut Kristen Koptik adalah minoritas di Mesir, jumlahnya sekitar 10 persen dari populasi 91 juta orang. Teologinya berdasarkan ajaran dari Rasul Markus -- yang mengenalkan ajaran Kristen ke Negeri Piramida.
Serangan bom terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden Donald Trump menyambut kedatangan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi di Washington DC.
Baca Juga
Dalam pembicaraan keduanya, Trump menekankan dukungannya untuk Kairo. Di antara topik yang menjadi perhatian bersama adalah terorisme dan teror kelompok ISIS.
Advertisement