Liputan6.com, Tepi Barat Kejadian mengerikan terjadi di Palestina. Tepat pada 13 April 1989, subuh, militer Israel menyerang sebuah desa di Tepi Barat.
Mereka melakukan serangan sporadis. Akibatnya, enam orang warga Palestina tewas mengenaskan.
Selain itu, 30 orang lain menderita luka-luka. Serangan ini tepatnya berlangsung di Sesa Nahalin, selatan Yerusalem.
Advertisement
Sebelum serangan berlangsung, dalam sepakan terakhir, warga Palestina telah mendapat intimidasi dan tindak kekerasan dari tentara Israel di perbatasan.
Israel pun diketahui telah mengganti pasukan penjaga perbatasannya. Kali ini, tim khusus kepolisian ditempatkan di perbatasan Tepi Barat.
Penggantian anggota penjaga perbatasan diprotes keras warga Desa Nahalin. Mereka mengaku pasukan baru ini lebih brutal dari yang pernah ada.
Baca Juga
Bahkan dari pengakuan mereka, tanpa alasan jelas, Militer Israel kerap merazia rumah-rumah warga Palestina.
Untuk kejadian penyerangan 13 April, seorang saksi mata menyebut, tiba-tiba militer dan polisi Israel menembak rumah warga sekitar. Diduga aksi ini dilakukan sebagai provokasi.
Aksi tersebut dilancarkan Israel ketika kebanyakan warga desa sedang melakukan ibadah salat subuh di Masjid desa.
Mendengar pengakuan warga Palestina, Israel mengelak. Mereka mengatakan serangan adalah dilakukan karena warga Palestina melempari mereka dengan batu dan menembakan senjata api.
"Pemuda di desa itu menyerang kami dengan aksi kekerasan," sebut Komandan Militer Israel Jenderal Amram Mitzna seperti dikutuip dari BBC, Kamis (13/4/2017).
"Saat mereka merasa terancam, mereka menembaki kita dengan gas air mata dan peluru yang ternyata juga dimiliki mereka," sambung dia.
Mitzna pun mengatakan, aksi memasuki desa dilakukan demi mencari pelaku pelemparan mobil warga Yahudi. Pencarian tersebu, kata dia, sudah sesuai dengan hukum yang berlaku.
Kejadian di Nahilin pada waktu itu, disebut sebagai salah serangan Israel paling keji dan berdarah.
Saksikan juga video berikut ini:
Â