Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dilaporkan telah memerintahkan senjata-senjata nuklir untuk dipasang di terowongan-terowongan. Ini dilakukan sebagai persiapan peluncuran senjata itu. Namun, masih belum jelas apa maksud dari Kim Jong-un memerintahkan hal itu.
Pejabat AS percaya peluncuran nuklir akan terjadi pada Sabtu, 15 April ini. Korut rencananya akan menggelar parade dan perayaan kelahiran Kim Il-sung atau terkenal dengan "Day of the Sun".
Baca Juga
Laporan tak terkonfirmasi itu dirilis oleh VOA yang mengutip pejabat militer AS mengklaim bahwa Korut telah menanam sejumlah peralatan di bawah tanah untuk uji coba berikutnya. Demikian dikutip dari 9news.com.au, Kamis (13/4/2017).
Advertisement
Sebuah tweet dari The Spectator Inces juga mengatakan bahwa satelit komersil memperlihatkan persiapan untuk uji coba nuklir di Punggye-ri, sebuah kawasan pedalaman di utara negara itu. Sebelumnya tempat itu pernah dijadikan kawasan uji coba.
Kantor berita Inggris melaporkan wartawan asing yang berada di Korea Utara diminta bersiap untuk sebuah acara besar dan penting yang akan berlangsung pada Kamis waktu setempat. Otoritas Korut menyampaikan kepada wartawan asing yang berkumpul di Pyongyang, peringatan yang dilakukan untuk menandai libur nasional dibatalkan. Sebagai gantinya, mereka diminta bersiap untuk sebuah "acara besar dan penting".
Kini, ada sekitar 200 wartawan asing di Pyongyang untuk meliput perayaan hari lahir ke-105 pendiri negara itu Kim Il-sung pada 15 April.
Ahli keamanan yang berbasis di Sydney, Euan Graham dari Lowy Institute for International Policy mengatakan laporan persiapan untuk uji coba adalah strategi konsisten Korea Utara.
"Saya tidak terkejut ada laporan-laporan awal. Karena, ini sangat konsisten dengan rencana Korea Utara. Untungnya, satelit komersil bisa melihat situasi di Korut," kata Graham.
"Ada kemungkinan Korut akan mengentak pertahanan koalisi. Selain itu, tak ada jaminan apakah mereka benar menggelar uji coba atau menyerang? Tapi yang pasti, dugaan genderang perang akan ditabuh bisa saja terjadi," ia melanjutkan.
Graham mengatakan, pada Sabtu, menggelar perayaan 105 tahun kelahiran Kim Il-sung sangat penting, tak hanya bagi Korut.
"Ada hari lahir tentara rakyat pada 25 April mendatang, dan biasanya dirayakan dengan parade. Bulan ini, Korut banyak acara yang menarik perhatian internasional. Dia bisa saja menggunakan acara-acara itu untuk menggelar uji coba atau hal lain..."
Graham mengatakan penting untuk menyadari bahwa langkah yang diambil Kim Jong-un selalu terkait dengan posisinya di mata masyarakatnya sendiri.
"Dengan adanya sejumlah kapal perang dari AS dan koalisi mendekati Korut, Kim Jong-un merasa posisinya terancam," beber Graham.
Graham juga menjelaskan bahwa intervensi Presiden China Xi Jinping untuk mengedepankan "resolusi damai" memberikan sedikit harapan kepada Kim.
Namun, karakteristik yang tak terduga baik Kim dan Presiden AS Donald Trump memegang penting dalam eskalasi krisis yang berlanjut dengan kemungkinan perang.
"Tak tahu apakah Kim harus bermain seperti apa di mata AS, apakah rendah hati atau pengecut dengan menekan tombol nuklir," ucapnya.
Menteri Pertahanan Australia Christhoper Pyne menerima langkah China untuk mengendalikan Korut.
Pyne mengatakan sudah menjadi tanggung jawab Beijing untuk menjadi "pengasuh" bagi negara itu semenjak keduanya merupakan koalisi terdekat sejak 1960-an.
Pada 9 April 2017, Angkatan Laut AS mengonfirmasi telah mengirim armada kapal tempur AS yang dipimpin oleh kapal induk USS Carl Vinson. Kapal induk tersebut lengkap membawa serta sejumlah alutsista udara--dan sejumlah kapal tempur lain yang berlabuh di Singapura. Mereka berlayar ke utara mendekati Semenanjung Korea, dekat dengan wilayah perairan Korea Utara.
Tiongkok pun ikut meramaikan suasana. Pada 11 April 2017, Tiongkok dilaporkan telah mengerahkan 150 ribu pasukannya ke perbatasan Korea Utara sebagai persiapan menghadapi kemungkinan serangan Amerika Serikat.
Hal ini merupakan respons atas tindakan AS yang pada beberapa hari sebelumnya telah mengirimkan kapal induk USS Carl Vinson dari Singapura ke Korea Utara.
Pasukan China tersebut, dikerahkan untuk menangani adanya gelombang pengungsi Korea Utara dan sejumlah keadaan tak terduga.
Melihat situasi itu, negeri tetangga Korut, Korea Selatan, merasa khawatir dengan meningkatnya tensi militer di Semenanjung Korea.