50 Tahun Lalu, Perempuan Ini Dilecehkan di Ajang Boston Marathon

Setelah 50 tahun, wanita pertama yang lari di Boston Marathon kembali dalam acara sama. Ia membagi kisah soal stigma terhadap perempuan.

oleh Citra Dewi diperbarui 19 Apr 2017, 06:48 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2017, 06:48 WIB
Kathrine Switzer
Kathrine Switzer sebelum memulai lari dalam Boston Marathon 2017 (AP)

Liputan6.com, Boston - Setelah lima dekade, perempuan pertama yang lari di Boston Marathon kembali berlari dalam acara yang sama. Saat ini usianya telah menginjak 70 tahun.

Kathrine Switzer mencetak sejarah dengan menjadi perempuan pertama yang menyelesaikan lari dalam Boston Marathon. Padahal saat itu ia sempat diserang oleh panitia karena menjadi perempuan yang ikut dalam kegiatan tersebut.

Switzer yang telah berlari sejak usia 12 tahun, memutuskan untuk mengikuti Boston Marathon pada umur 20 tahun setelah mendapat dukungan dari pelatihnya.

"Tidak ada aturan resmi pada 1967 bahwa maraton itu hanya untuk laki-laki," kata Switzer.

"Dalam formulir pendaftaran juga tidak ada yang mengindikasikan soal jenis kelamin. Tapi hampir semua olahraga untuk laki-laki. Perempuan jarang berpartisipasi. Kebanyakan orang berasumsi bahwa perempuan tak bisa lari maraton dan jika mencoba mereka akan melukai diri sendiri," kata dia.

Dengan menggunakan inisial KV Switzer, ia mendapat nomor 261 untuk lari dalam maraton tersebut. Karena udara dingin, Switzer dan pelari lain mengenakan baju hangat yang diyakininya membuat ia tak dikenali oleh panitia. Namun, Switzer tak menyembunyikan identitasnya.

"Aku sangat bangga menjadi perempuan. Aku memiliki rambut panjang, memakai lipstik dan eyeliner ketika memulai lomba. Semua laki-laki di sekitarku tahu bahwa aku adalah perempuan," kata Switzer.

Kathrine Switzer saat diserang panitia dalam Boston Marathon (AP)

Setelah berlari sekitar 3 kilometer, dari total 26 km, Switzer diserang oleh panitia Boston Marathon.

"Pria berbadan besar dengan gigi menyeringai bersiap menerkam, dan sebelum aku bisa beraksi, ia meraih bahuku dan menarikku lalu berteriak 'Keluar dari lombaku dan berikan nomor itu'," kenang Switzer.

"Aku tahu jika aku keluar, tak ada satu pun yang percaya bahwa perempuan dapat berlari jarak jauh dan layak untuk mengikuti Boston Marathon. Mereka berpikir aku adalah badut, dan perempuan yang menerobos masuk ke acara tanpa memiliki kemampuan."

"Aku serius tentang lariku dan aku tak mengizinkan ketakutan menghentikanku," imbuh dia.

Tekad Switzer untuk menyelsaikan lomba menuai pujian dan membuka jalan bagi perempuan untuk berlari.

Switzer melanjutkan kampanye lari untuk perempuan dan berhasil mengenalkan maraton perempuan untuk Olimpiade 1984. Saat ini ia menjalankan kampanye bernama 261 Fearless yang mendorong perempuan untuk berlari.

Meski ia berkampanye secara luas untuk mendukung partisipasi perempuan dalam olahraga, namun ia memutuskan untuk tak lari maraton pada 2011--hingga akhirnya kembali bergabung dengan Boston Maraton 2017.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya