CIA Resmikan Satgas Khusus untuk Hadapi Korea Utara

CIA resmikan satuan tugas khusus untuk hadapi ancaman nuklir dan situasi di Korea Utara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 12 Mei 2017, 18:40 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2017, 18:40 WIB
Ilustrasi CIA
Ilustrasi Badan Intelijen CIA

Liputan6.com, Washington, DC - Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat meresmikan satuan tugas Korean Mission Center untuk menghadapi ancaman Kim Jong-un, persenjataan nuklir, dan misil balistik Korea Utara. Pembentukan satgas itu disampaikan langsung oleh badan spionase tersebut pada Rabu, 10 April 2017.

Pembentukan satgas tersebut dikhususkan untuk membantu menangani, memberdayakan aset, menaikkan kapabilitas, dan otoritas intelijen Negeri Paman Sam di Semenanjung Korea, seperti yang dilaporkan oleh pernyataan resmi CIA dan diwartakan oleh CNN, Kamis (11/5/2017).

Korean Mission Center bermarkas di kantor pusat CIA di Langley, Virginia. Satgas itu diisi oleh analis dan petugas kawakan dalam isu Semenanjung Korea.

"Satgas baru itu akan diisi oleh petugas berpengalaman CIA dan diintegrasikan berdasarkan bekal keahlian dan pengetahuan tentang Korea Utara," ujar pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh CIA.

Menurut juru bicara CIA, pembentukan satgas itu juga merupakan langkah AS untuk menghadapi tantangan isu global yang dinamis.

"Negara kami (AS) kerap menghadapi ancaman yang dinamis, maka CIA harus berevolusi untuk siap akan hal tersebut," kata Fritz Horniak, juru bicara CIA.

Menurut mantan analis veteran CIA John Nixon, satgas itu dikhususkan untuk memberikan sitreps (situation reports/laporan situasi) mengenai isu Korea Utara kepada komunitas intelijen dan pemerintahan AS setiap dua kali selama 24 jam. Menurut Nixon, hal ini mengindikasikan pengawasan ketat yang dilakukan oleh Washington kepada Pyongyang.

"Membentuk Korean Mission Center mampu membuat CIA untuk menghadapi ancaman serius dari Korea Utara," ujar Direktur CIA Mike Pompeo.

Meski begitu, CIA tidak mengeluarkan keterangan yang menjelaskan bahwa pembentukan satgas Korean Mission Center memiliki keterkaitan langsung dengan sejumlah peristiwa penting yang sempat terjadi di Semenanjung Korea pada beberapa waktu lalu.

"Meski banyak sejumlah hal detil yang tidak dijelaskan, pembentukan satgas itu merupakan upaya restrukturisasi organisasi CIA terhadap situasi global terbaru. Pembentukan itu akan membutuhkan persiapan yang lama dan birokrasi yang rumit," ujar Bruce Klingner, mantan Kepala Divisi Korea untuk CIA yang saat ini menjadi peneliti untuk Heritage Foundation's Asian Studies Center.

Hingga saat ini, CIA memiliki 10 mission center yang terbagi dalam sejumlah kapasitas geografis. Wilayah Semenanjung Korea jatuh dalam wewenang Mission Center for East Asia and Pacific.

Korean Mission Center juga akan bekerja sama dengan badan spionase dari negara lain yang masuk dalam daftar sekutu AS. Adapun sekutu AS yang dekat dengan Korea Utara adalah Korea Selatan.

"Saya pikir (kerja sama dengan South Korean National Intelligence Service) akan sangat intens," ujar Klingner.

Menurut kantor berita The Sun pada 9 Mei 2017, angkatan bersenjata AS juga berencana akan membentuk satgas intelijen di Korea Utara. Satgas itu diberi nama Satuan 524, seperti yang dilansir oleh buletin US Eighth Army pada 9 Mei 2017.

Satuan tugas itu diduga akan melakukan penyusupan ke Korea Utara. Bak James Bond, sejumlah agen akan menyamar masuk ke dalam lingkaran Kim Jong-un dan melaporkan informasi ke pihak Amerika Serikat.

CIA Akan Bunuh Kim Jong-un?

Korea Utara menuding Korsel dan Amerika Serikat berkomplot untuk membunuh pemimpin tertingginya, Kim Jong-un.

Tuduhan itu dikeluarkan Pyongyang pada Jumat, 5 Mei 2017, di tengah situasi Semenanjung Korea yang memanas. 

Pemerintah Korea Utara mengklaim memiliki bukti bahwa "kelompok teroris yang mengerikan" yang dikirim Korea Selatan dan CIA ke Korut--untuk melaksanakan misi rahasia untuk membunuh Jong-un dengan racun biokimia.

Menurut pernyataan yang dikeluarkan corong rezim korut, KCNA, Badan Intelijen Korsel atau National Intelligence Service (NIS) diduga menyewa seorang penebang kayu Korut untuk menyerang Kim.

"Pembunuh bayaran" itu konon pernah bekerja di Rusia Timur Jauh pada 2014. Orang itu diduga dilatih intelijen Korsel untuk melaksanakan pembunuhan itu. Ia juga diklaim diberi imbalan US$ 20.000 dan perangkat komunikasi satelit.

"Penanggung jawabnya kemudian mengirim peneror itu ke Korut, lalu memberinya instruksi pada 2016 lalu tentang cara membunuh Kim Jong-un," ujar juru bicara pihak Korut, seperti dikutip dari New York Times, Sabtu, 6 Mei 2017.

Rencana tersebut melibatkan plot pemboman sebuah parade militer yang dihadiri oleh Kim Jong-un. Badan mata-mata Korsel, menurut Korut, kemudian memberi uang tambahan untuk menyewa konspirator.

Dalam pernyataannya, Korut memperingatkan akan melakukan serangan balasan yang tak ditentukan waktunya.

"Serangan anti-teroris akan dimulai untuk menyapu bersih organisasi yang ikut serta dalam plot imperialis AS dan kelompok 'boneka' -- kelompok teroris paling jahat dan paling brutal di dunia," demikian keterangan pihak Pyongyang.

"Boneka" yang dimaksud pihak pemerintah yang paling menutup diri di dunia itu adalah Korea Selatan.

Sejauh ini, benar atau tidaknya tudingan Korut soal plot pembunuhan Kim jong-un tidak mungkin diverifikasi.

Di sisi lain, badan intelijen Korsel menolak tuduhan tersebut karena dianggap tidak beralasan.

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya