Liputan6.com, Marawi - Bentrokan mematikan antara pasukan pemerintah Filipina dengan kelompok militan pecah di Marawi. Hal tersebut membuat Presiden Rodrigo Duterte memberlakukan darurat militer di kota tersebut dan di seluruh Pulau Mindanao.
Menurut laporan Philippines News Agency (PNA), Duterte mempersingkat kunjungan resminya ke Rusia akibat bentrokan itu.
Baca Juga
Darurat militer akan berlaku di Mindanao, Filipina yang mayoritas berpenduduk muslim selama 60 hari. Menurut Juru Bicara Presiden, Ernesto Abella, status itu diberlakukan untuk menekan kekerasan dan pemberontakan serta demi keamanan publik.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Rabu (24/5/2017), bentrokan yang terjadi antara pasukan pemerintah dan kelompok militan Islam yang berbasis di Mindanao, Maute, bermula di Marawi, yakni kota dengan 200.000 penduduk.
Menurut Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, dua tentara dan seorang polisi tewas dalam peristiwa itu.
Pihak berwenang menuduh Maute terlibat dalam pengeboman di kampung halaman Duterte, Davao, pada September 2016 yang menewaskan 14 orang.
Terorisme menjadi salah satu masalah yang alot di Filipina selatan, di mana kelompok Maute dan Abu Sayyaf berbasis di sana.