Liputan6.com, Chisinau - Rusia mengutuk keputusan Kementerian Luar Negeri Moldova atas pengusiran lima diplomatnya. Negeri Beruang Merah menyebut langkah tersebut sebagai perlawanan terhadap Presiden Moldova Igor Dodon yang pro Rusia.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Grigory Karasin, mengatakan, Rusia akan merespons keputusan Moldova tersebut dengan "cukup keras."
Lebih lanjut Karasin menyampaikan, pengusiran itu merupakan pukulan yang disengaja terhadap intesifikasi hubungan Chisinau-Moskow, termasuk terhadap posisi Presiden Dodon.
Advertisement
Pengusiran lima diplomat Rusia tersebut diumumkan oleh pemerintah Moldova yang pro Uni Eropa pada Senin waktu setempat. Tidak disebutkan alasan di balik keputusan tersebut.
Para diplomat Rusia harus meninggalkan Moldova dalam waktu 72 jam. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (31/5/2017).
Dikutip dari Al Jazeera, langkah Kementerian Luar Negeri Moldova tersebut memicu kemarahan Presiden Dodon.
Melalui media sosial Facebook, Presiden Dodon mengatakan, "Pemerintah telah melakukan tindakan keterlaluan terhadap Kedutaan Besar Rusia."
"Saya sangat marah dengan langkah tidak bersahabat yang ditunjukkan oleh korps diplomatik Moldova dan saya dengan tegas mengutuknya. Ini mungkin dilakukan atas perintah Barat," imbuhnya.
Moldova dilanda perpecahan Timur versus Barat, baik dari segi politik, budaya, dan bahasa. Presiden Dodon yang terpilih pada November lalu merupakan pendukung Rusia.
Presiden Dodon menyatakan sangat ingin membatalkan perjanjian dengan Uni Eropa yang ditandatangani pada tahun 2014 dan membangun kembali hubungan dengan Moskow -- kebijakannya ini dikutuk politisi pro-Barat.
Pemberitahuan terkait keputusan Kementerian Luar Negeri Moldova itu telah disampaikan kepada Duta Besar Rusia Farit Mukhametshin pada Senin siang waktu setempat. Dubes Mukhametshin sendiri mengonfirmasinya, namun menolak memberi penjelasan lebih detail.
Insiden diplomatik yang dipicu perpecahan domestik ini terjadi menyusul penangkapan mantan anggota legislatif Moldova Yuri Bolbochan pada Maret 2017. Bolbochan disebut berkhianat karena ia diduga menyerahkan rahasia negara ke ajudan atase militer Rusia.
Ajudan atase militer Rusia -- oleh media Rusia diidentifikasi sebagai Alexander Grudin -- dilaporkan satu dari lima orang yang diusir.
Rusia saat ini memiliki pasukan yang ditempatkan di Trans-Dniester, sebuah wilayah yang secara ekonomi bergantung pada Negeri Beruang Merah dan menentang pemerintah Moldova.