Seperti Ini Gambaran Wajah Manusia Menurut Monyet

Penelitian ini memberikan penjelasan lengkap dan sederhana tentang bagaimana otak monyet menggambarkan wajah manusia yang dilihatnya.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 03 Jun 2017, 14:24 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2017, 14:24 WIB
Monyet Uluwatu (1)
Pencurian barang turis adalah sesuatu yang kultural yang disebarkan lintas generasi oleh monyet-monyet yang saling belajar dari sesamanya. (Sumber Wikimedia Commons/carmelrmd via Creative Commons)

Liputan6.com, Pasadena - Para ilmuwan penasaran bagaimana gambaran manusia dari sudut pandang monyet. Alhasil, mereka melakukan penelitian tentang hal tersebut.

Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa citra yang cermat dari wajah seseorang telah berhasil diciptakan ulang hanya melalui pemantauan kegiatan sel-sel tertentu dalam otak monyet (macaque) ketika hewan-hewan itu sedang menatap foto-foto manusia.

Lalu sel-sel otak akan memperkirakan citra yang bisa dikenali pada bagian higher visual cortex. Bagian tersebut bertugas melakukan interpretasi sinyal-sinyal yang datang dari mata.

Dikutip dari New Scientist pada Sabtu (3/6/2017), penelitian tentang hal itu adalah yang pertama kalinya memberikan penjelasan lengkap dan sederhana tentang bagaimana otak monyet menyusun citra wajah yang mereka lihat.

Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa implikasi proses itu pada hewan primata, sama dengan pengenalan wajah yang dilakukan oleh otak manusia. Menurut Doris Tsao dari California Institute of Technology (Caltech), "Kita sudah mengungkapkan kode pada otak untuk identitas wajah."

Ada 50 Dimensi Pengenalan Wajah

Tampilan citra wajah manusia seperti yang direka dari pemantauan kegiatan sel-sel otak monyet. (Sumber Caltech/Doris Tsao)

Tsao dan rekannya yang bernama Steven Le Chang mengungkapkan bahwa masing-masing sel dapat menciptakan jangkauan tak terbatas, terkait citra wajah dalam otak. Dengan cara menggabungkan kegiatan sel-sel tersebut.

Cara demikian serupa dengan kegiatan detektor-detektor warna merah, biru atau hijau dalam mata, sehingga memungkinkan otak 'melihat' banyak warna.

Penelitian sebelumnya telah mencirikan kerumunan sel yang dikhususkan untuk mengenali wajah, dan sepertinya hanya aktif ketika seseorang ditunjukkan citra wajah.

Dalam penelitian mereka, Tsao dan Le Chang melacak kegiatan sel-sel dalam otak monyet-monyet.

Dengan bekerja bersama, kombinasi sinyal-sinyal dari sel-sel itu dapat mencirikan 50 aspek berbeda pada suatu wajah. Misalnya bentuk wajah, jarak mata, tekstur kulit dan sebagainya.

Tsao menjelaskan, "Kuncinya, walaupun ada begitu banyak wajah, adalah ketika kita bisa menjelaskannya hanya dalam 50 dimensi tersebut. Ya, seperti citra yang dihasilkan komputer, tapi ada dalam otak kita."

Para ilmuwan kemudian menyisipkan elektroda-elektroda ke dalam 3 kerumunan sel pengenalan wajah yang ada dalam otak monyet, sehingga para peneliti itu bisa mencatat kegiatan 205 neuron di dalam otak.

Mereka kemudian menunjukkan 2.000 citra wajah manusia pada masing-masing monyet.

Mereka menemukan bahwa setiap sel-sel pengenal wajah tersebut melihat rupa dengan cara yang sedikit berbeda, seakan-akan seperti mengambil foto wajah dari beberapa sudut sekaligus.

Ketika semua cara pandang itu digabungkan, maka dihasilkanlah citra komposit wajah yang jelas.

Para peneliti juga berhasil mengembangkan algoritma dari umpan balik sel-sel pengenal wajah, sehingga bisa mengulang lagi pembentukan citra komposit wajah hanya berdasarkan kegiatan sel otak monyet.

Mengenal dan Mengingat

Teknologi pengenalan wajah merupakan salah satu perangkat biometrik yang dipakai pihak keamanan. (Sumber Wikimedia Commons/FBI)

Kerumunan-kerumunan sel otak itu memang cukup untuk mencipta ulang wajah seseorang, tapi ada dugaan bahwa ingatan kita akan wajah yang familiar kemudian disimpan dalam hippocampus -- yaitu bagian otak yang berperan dalam ingatan (memory).

Dalam hippocampus, pernah ada penelitian lain yang menemukan bahwa masing-masing sel bertanggungjawab untuk mendaftarkan orang tertentu, misalnya seorang aktris.

Tim di bawah pimpinan Christof Koch dari Allen Institute for Brain Science di Seattle, Washington, mengatakan, "Orang bisa saja memiliki 2 sistem yang paralel atau tandem. Satu sistem adalah sistem umum untuk mengenali wajah, dan satu lagi adalah untuk mengenali wajah dalam cara yang sangat abstrak."

Sementara itu, Ueli Rutishauser dari Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles, California, mengatakan, "Karya Tsao menyodorkan hipotesis pertama tentang bagaimana tanggapan sel wajah di korteks dapat dimanfaatkan oleh sel-sel dalam hippocampus untuk membentuk ingatan orang-orang yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

Berikutnya, Tsao berencana meneliti bagian otak lain, yaitu lobus temporal (temporal lobe), untuk melihat apakah benda atau kejadian sehari-hari membekas ke dalam otak menggunakan prinsip yang sama.

Saksikan juga video berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya