Bangunan Ikonik Dunia Pancarkan Cahaya Hijau, Ada Apa?

Bangunan ikonik seluruh dunia mendadak bersinar dengan cahaya berwarna hijau setelah AS hengkang dari Kesepakatan Paris. Protes?

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 03 Jun 2017, 16:59 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2017, 16:59 WIB
New York City Hall bersinar cahaya hijau dalam rangka mendukung Kesepakatan Paris. (Twitter Bill De Blasio/@NYCMayor)
New York City Hall bersinar cahaya hijau dalam rangka mendukung Kesepakatan Paris. (Twitter Bill De Blasio/@NYCMayor)

Liputan6.com, Washington, D.C - Pada Kamis 1 Juni 2017 sore, Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk menarik Amerika Serikat dari Paris Agreement atau Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim. Langkah itu banyak dikritik dunia, pun dengan para pemimpin politik lainnya baik di dalam maupun luar negeri.

Beberapa kota di Amerika masih berkomitmen untuk menjalankan kesepakatan itu, meski negara mereka tak sejalan.

Sementara itu, para pemimpin asing mulai dari Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa negara mereka tidak akan bergabung dengan Amerika Serikat untuk hengkang dari Kesepakatan Paris.

Dalam rangka untuk menghormati perjanjian iklim Paris, seperti dikutip dari Bustle.com Sabtu (3/6/2017), bangunan ikonik di seluruh dunia bersinar dengan cahaya berwarna hijau.

Beberapa kota di Amerika juga turut menyalakan lampu hijau di monumen ikonik dan landmark, untuk menyoroti pembaharuan komitmen mereka dalam Kesepakatan Paris. Sekaligus menjadi pertanda bahwa mereka tak setuju dengan keputusan presidennya.

Aksi perlawanan dan solidaritas itu tidak terbatas di Amerika Serikat yakni Mexico City dan Montreal, Paris pun turut serta memberikan cahaya hijau pada bangunan landmark sebagai respons terhadap keputusan Trump.

Kekompakan secara visual di seluruh dunia ini menyoroti bahwa masih banyak orang yang berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim, meskipun presiden salah satu pencemar karbon terbesar dunia memilih untuk mengabaikan masalah itu.

Sejumlah analis mengatakan, hengkangnya AS dari Kesepakatan Paris akan semakin membebani dunia untuk mencapai tujuan kesepakatan tersebut, pasalnya AS berkontribusi emisi karbon global sebanyak 15 persen. Di sisi lain, AS juga merupakan sumber keuangan dan teknologi yang signifikan bagi negara berkembang untuk menekan kenaikan suhu.

Trump tidak memberikan jangka waktu hengkangnya AS, namun sejumlah sumber Gedung Putih sebelumnya mengatakan diperlukan waktu hingga empat tahun untuk menyelesaikan keputusan itu.

Saksikan juga video berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya