Liputan6.com, Washington, DC - Sejumlah saran menyebutkan, untuk memenangkan negosiasi kita harus mengabaikan emosi, di mana luapan perasaan dianggap sebagai sebuah hambatan. 'Pisahkan orang dari masalah' adalah frasa yang umum didengar.
Namun, menurut seorang mantan ketua Crisis Negotiation Team FBI New York, Chris Voss, bagaimana bisa seseorang memisahkan orang dari masalah saat emosi mereka yang jadi masalah?
Menurutnya, emosi bisa menjadi salah satu sarana utama untuk melancarkan komunikasi. Itu sebabnya, alih-alih menyangkal atau mengabaikan emosi, negosiator yang baik akan mengidentifikasi dan memengaruhinya.
Advertisement
Cara yang digunakan oleh Voss itu lah yang berhasil membuat para buronan menyerahkan dirinya dalam sebuah penyergapan. Menurutnya, timnya tidak mengandalkan logika, namun kecerdasan dan teknik emosional berbasis psikologi, empati, dan konseling.
Untuk mencapai tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, seseorang perlu membuka indra, berbicara lebih sedikit, dan mendengarkan lebih banyak. Semua hal yang dibutuhkan dapat dipelajari dengan menjaga mata tetap bersiaga, telinga yang selalu terbuka, dan mulut yang tak banyak bicara.
Dikutip dari Time, Senin (12/6/2017), berikut 5 taktik dari agen FBI untuk memenangkan negosiasi di segala bidang -- tak hanya soal kriminal -- dengan memanfaatkan kecerdasan emosional.
Tiru Lawan Bicara
1. Tiru Kata Lawan Bicara Secara Selektif
Ulangi tiga kata terakhir yang lawan bicara Anda katakan. Itu adalah salah satu cara tercepat untuk menjalin hubungan baik dan membuat lawan Anda merasa cukup aman untuk mengungkapkan diri mereka sendiri.
Keindahan dalam teknik ini ada dalam kesederhanaannya, dan orang-orang pun menyukainya. Ulangi pernyataan lawan dengan intonasi yang mirip seperti orang bertanya. Taktik tersebut akan memperlambat pembicaraan dan memberi lebih banyak waktu untuk berpikir.
2. Berlatih Empati Taktis
Perlihatkan kepada lawan bicara bahwa Anda melihat emosi mereka. Secara proaktif, berikan label ketakutan mereka. Frasa seperti "Kedengarannya Anda takut ..." dan "Sepertinya Anda khawatir tentang ..." akan efektif meruntuhkan 'senjata' mereka.
Selain itu, buat daftar hal terburuk yang bisa dikatakan lawan tentang Anda dan katakan sebelum mereka mengatakannya.
3. Mendorong Lawan Bicara Berkata "Tidak"
Mendorong lawan bicara untuk mengatakan "ya" membuat mereka bersikap defensif dan takut terperangkap. Pengacara punya nama untuk hal tersebut, yakni 'memojokkan'.
Namun mendorong lawan bicara untuk mengatakan "tidak", akan membuat mereka merasa aman dan terkendali. Jadi, ajukan pertanyaan yang orientasi jawabannya adalah 'tidak', seperti: "Apakah saat ini waktu yang tidak tepat untuk berbicara?" atau "Sudahkah Anda menyerah pada proyek ini?"
Advertisement
Ciptakan Ilusi Kendali
4. Respons Lawan Bicara dengan "Itu Benar"
Saat Anda meyakinkan lawan bicara bahwa Anda memahami mimpi dan perasaan mereka, itu adalah waktu yang tepat di mana kemenangan negosiasi bisa terjadi.
Sebuah respons "itu benar" dapat tercipta saat lawan bicara bercerita berdasarkan perasaan dan hasrat yang mendorong mereka, tapi mungkin juga membuatnya 'buta'. Hal tersebut menegaskan bahwa mereka berbagi empati dengan Anda.
5. Ciptakan Ilusi Kendali
Rahasia untuk mendapatkan keunggulan dalam negosiasi adalah memberi lawan Anda ilusi kontrol. Jangan mencoba memaksa lawan untuk mengakui bahwa Anda benar.
Ajukan pertanyaan, yang dimulai dengan "Bagaimana?" atau "Apa?". Dengan demikian lawan Anda menggunakan energi mental untuk mengetahui jawabannya.