Keajaiban Dunia ke-8 Akan Ditemukan di Selandia Baru?

Para peneliti meyakini keajaiban dunia kedelapan akan segera ditemukan setelah 131 tahun terkubur letusan gunung berapi.

oleh Citra Dewi diperbarui 13 Jun 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2017, 18:00 WIB
Ilustrasi teras berundak
Ilustrasi teras berundak yang telah terkubur 131 tahun (Rotorua Museum)

Liputan6.com, Wellington - Para peneliti dari Selandia Baru meyakini, keajaiban dunia kedelapan mungkin telah ditemukan kembali, yakni teras berundak nan indah yang telah 131 tahun terkubur oleh letusan gunung berapi.

Pada pertengahan 1800-an, teras merah muda dan putih Danau Rotomahana di Pulau Utara menarik wisatawan dari seluruh dunia. Teras berundak itu hilang dalam letusan Gunung Tarawera pada tahun 1886.

Dua peneliti mengira bahwa mereka telah menemukan teras berundak tersebut yang terbaring 10 hingga 15 meter di bawah lapisan lumpur dan abu. Mereka mengatakan, diperlukan sebuah survei arkeologi penuh untuk menggali lokasi tersebut.

"Teras itu menjadi daya tarik wisata terbesar di Belahan Bumi Selatan dan Kerajaan Inggris, dan kapal-kapal pengangkut turis dari Eropa dan AS rela mengarungi lautan berbahaya membuat kunjungan berbahaya," kata salah satu peneliti, Rex Bunn.

Dikutip dari The Guardian, Selasa (13/6/2017), Bunn dan Dr. Sascha Nolden percaya bahwa teras berundak itu tidak hancur atau tenggelam ke dasar danau, namun terkubur di tepi danau.

Untuk menentukan lokasinya, para peneliti menggunakan buku catatan lapangan milik ahli geologi Jerman-Austria, Ferdinand von Hochstetter, yang berisi deskripsi rinci tentang lokasi teras berundak sebelum letusan 1886 terjadi.

"Penelitian kami bergantung pada satu-satunya survei yang pernah dilakukan di Selandia Baru dan oleh karena itu kami yakin kartografi itu masuk akal," ujar Bunn. "Hochstetter adalah seorang kartografer (pembuat peta) yang sangat kompeten."

Sejak makalah penelitian tersebut diterbitkan di Journal of the Royal Society of New Zealand pada bulan ini, Bunn mengatakan bahwa setiap hari ia telah menerima tawaran bantuan untuk melakukan survei.

"Kami ingin melakukan pekerjaan ini untuk kepentingan umum. Dan saya telah berhubungan erat dengan pemilik tanah leluhur, Otoritas Kesukuan Tuhourangi, dan mereka mendukung serta senang dengan pekerjaan tersebut," kata Bunn.

Bunn mengatakan, ia yakin bahwa teras di Selandia Baru tersebut mungkin masih dalam kondisi baik, berpotensi mengalami kerusakan minimal, dan dapat dipulihkan setelah diekskavasi.

Ini bukan pertama kalinya para peneliti mengklaim telah menemukan teras berundak yang hilang. Pada tahun 2011, para ilmuwan dengan menggunakan kapal selam tak berawak mengatakan bahwa mereka telah menemukan sisa-sisa teras tersebut di lantai danau.

Tahun lalu, bahwa setelah lima tahun penelitian, GNS Science New Zealand mengatakan bahwa sebagian teras berundak itu telah hancur oleh letusan. Namun Bunn mengatakan bahwa bahwa kesimpulan GNS didasarkan pada informasi kartografi berusia 130 tahun yang tak akurat.

Saksikan juga video menarik berikut Ini:

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya