Liputan6.com, Malan - Tepat setengah abad lalu, yakni pada 17 Juni 1967, China melakukan uji coba senjata termonuklir pertamanya yang memiliki kode 'Test No. 6'.
Uji coba tersebut dilakukan di wilayah udara Lop Nor Test Side, yang berada di barat laut negara tersebut, tepatnya di Malan, Xinjiang.
Bom yang menghasilkan kekuatan 3,3 megaton itu, dirancang sedemikian rupa sehingga bisa digunakan dengan pesawat atau rudal balistik.
Advertisement
Tes tersebut dilakukan hanya 32 bulan setelah uji coba nuklir pertama China pada 16 Oktober 1964. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat memerlukan jarak 86 bulan dari uji coba nuklir pertama negaranya pada 1945 hingga pengujian senjata termonuklir pertama pada tahun 1951.
Dilansir CTBTO.org, upaya China untuk memperoleh senjata nuklir berawal pada 1950-an. Saat itu Uni Soviet telah membantu program senjata nuklir China secara signifikan, menyusul kesepakatan yang ditandatangani pada 1951 dan 1957.
Tujuh tahun setelah dilakukan uji coba 'Test No. 6', India yang merupakan merupakan negara tetangga China, melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 18 Mei 1974 dengan kode 'Smiling Buddha'.
Uji coba nuklir terakhir yang dilakukan China, berlangsung pada 29 Juli 1996. Kegiatan itu dilakukan beberapa bulan sebelum China menandatangani Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty (CTBT) pada 24 September 1996.
Perjanjian tersebut melarang adanya seluruh uji coba nuklir demi keamanan internasional.
Terdapat 35 dari 44 negara yang telah meratifikasi CTBT. Dari delapan yang tersisa, China telah menandatangani CTBT, bersama dengan Mesir, Iran, Israel dan Amerika Serikat. Sementara itu India, Pakistan dan Republik Rakyat Demokratik Korea belum menandatangani dan meratifikasi.
Selain uji coba senjata termonuklir, pada tanggal yang sama di tahun 1974, kelompok Tentara Republik Irlandia (IRA) meledakkan sebuah bom di gedung parlemen Inggris, Westminster Hall.
Ledakan tersebut membuat kerusakan besar. Meski tak ada korban jiwa, 11 orang diketahui menderita luka-luka.
Dari keterangan Kepolisian London, kelompok IRA menanam bahan peledak seberat 91 kilogram. Bom tersebut diletakkan di bagian pojok gedung Westminster Hall.
Tak hanya itu, pada 17 Juni 1985 Pangeran Arab Saudi Sultan bin Salman bin Abdulaziz Al Saud, menjadi muslim pertama di luar angkasa. Lewat pesawat Discovery yang mengangkasa dari Kennedy Space Cente, ia menjalankan sebuah misi, yakni menempatkan sebuah satelit untuk Arab Satellite Communications Organization (Arabsat).
Misi tersebut berlangsung selama 7 hari, 1 jam, 38 menit, dan 52 detik. Sang pangeran menuju ke titik 4,67 juta kilometer dari Bumi -- ke tempat yang tak pernah diinjak saudara sebangsanya.