Liputan6.com, Jakarta - Ancaman terhadap toleransi kehidupan beragama dan bermasyarakat ada di mana-mana, di seluruh dunia, tak hanya di Tanah Air. Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik mengatakan, pelakunya bisa dari mana saja.Â
"Setahun lalu, ada anggota parlemen dibunuh. Pelakunya ekstremis neo-Nazi yang berusaha melawan nilai-nilai toleransi," kata Dubes Moazzam dalam wawancara khusus dengan Liputan6.com.
Anggota parlemen Inggris, Jo Cox meninggal dunia pada Kamis 16 Juni 2016. Ibu dua anak itu menjadi korban serangan brutal seorang pria pendukung neo-Nazi.Â
Advertisement
Menurut Dubes Inggris, korban dihabisi karena selalu berupaya mempromosikan nilai-nilai toleransi.Â
"Toleransi ditekan dari banyak segi, pemimpin, baik politisi maupun pemuka agama, harus berani maju ke depan mencegah ancaman bagi keberagaman," kata pria keturunan Pakistan itu.Â
Ancaman lain adalah aksi teror yang mencatut nama agama. Dubes Moazzam mengungkapkan, lebih dari 5 persen penduduk Inggris beragama Islam. Meski masih minoritas, Muslim adalah kelompok minoritas besar.Â
Kebudayaan Islam perlahan menjadi bagian dari kebudayaan Inggris. "Ada toleransi, masyarakat sudah biasa dengan orang muslim di kota-kota besar," kata dia.Â
Meski demikian, belakangan, sejumlah kejadian teror terjadi di sejumlah tempat di dunia, termasuk di Inggris. Yang terakhir terjadi di London Bridge dan Borough Market di London, pada 3 Juni 2017 malam.
"Serangan teror menandakan, perjuangan untuk memastikan dan menjaga kerukunan masih terus harus dilakukan," kata Dubes Moazzam.Â
Baca Juga
Terkait insiden intoleransi yang beberapa kali terjadi di Indonesia, Moazzam menegaskan, kejadian tersebut tidak lantas menghapus predikat RI sebagai negara role model toleransi dan kerukunan antarumat beragama.Â
"Walau ada banyak risiko di sini termasuk ekstremisme, intoleransi -- dibanding negara lain Indonesia masih berhasil. Ada banyak hal yang bisa menginspirasi," tambah dia.
Dubes Moazzam menegaskan, setiap negara di dunia tidak bisa bekerja sendirian. "Isu ekstremisme, intoleransi ini menjadi masalah internasional. Harus ada kerja sama menjaga kerukunan dan perdamaian," kata Moazzam.